Jumat, 05 Januari 2024

AWAL PERTAMA TINGGAL DI TULUNGAGUNG DAN SERUNYA BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL TAMANAN TULUNGAGUNG

Saya dan Zidan (anak saya) di Alun-Alun Tulungagung saat masih seminggu tinggal di Tulungagung, dan Zidan masih berumur 1 tahun

Sudah menjelang sepuluh tahun saya tinggal di Kabupaten Tulungagung. Sebelumnya, saya tidak pernah mengira jika akan tinggal di Kabupaten ini. Bahkan, 10 tahun yang lalu, saya tidak tahu jika ternyata Kabupaten Tulungagung adalah masih wilayah Provinsi Jawa Timur. Saat itu, saya mengira Tulungagung adalah wilayah Provinsi Jawa Tengah. Nampaknya, wawasan geografinya saya perlu ditingkatkan lagi. Maklum, dulu jarang sekali mengeksplor wilayah Jawa Timur bagian selatan.

Awalnya, setelah lulus S2 tahun 2011, saya mengajar sebagai Dosen Luar Biasa (DLB) di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya. Hingga pada tahun 2013, ada informasi penerimaan CPNS Dosen di beberapa PTKIN. Sayangnya, formasi saya tidak ada di UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Pasalnya, saat itu UINSA membutuhkan banyak dosen SAINTEK dan Kesehatan. Formasi Dosen yang sesuai dengan keilmuan saya hanya ada di Tulungagung dan di salah satu PTKIN wilayah Sumatera.

Pada akhirnya, saya meminta izin ke Kajur untuk mendaftar di UIN SATU Tulungagung (saat itu masih bernama STAIN Tulungagung). Saat itu, beliau menyampaikan, kenapa tidak menunggu tahun depan saja, sepertinya akan ada formasi untuk saya. Namun, saya menyampaikan bahwa saya ingin mencoba dulu di STAIN Tulungagung. Eh, ternyata di luar dugaan, saya lulus tes CPNS di STAIN Tulungagung setelah melewati beberapa tahap ujian hingga akhirnya menyisakan 3 orang dari sekian banyak orang yang memperebutkan formasi dosen Filsafat di STAIN Tulungagung kala itu.

Sumber: https://jatim.kemenag.go.id/file/file/pengumumancpnstahun2013/gsur1388466418.pdf

Pemberkasan CPNS saat itu begitu luar biasa, karena dilakukan menjelang malam tahun baru. Implikasinya, urusan administrasi menjadi agak terhambat. Seperti saat mencari Surat Keterangan Kelakuan Baik di kantor kepolisian, di mana petugasnya banyak yang bertugas di luar untuk operasi menjelang tahun baru. Belum lagi harus legalisir ijazah dari Kepala Madrasah/Sekolah dan Kemenag serta Dinas Pendidikan mulai dari SD hingga S2. Jadi, harus riwa-riwi ke sekolah MI & SMP di Sidoarjo, Kemenag Sidoarjo dan Dinas Pendidikan Sidoarjo, SMA di Surabaya dan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, legalisir ijazah S1 di Kampus Utama UINSA, dan Ijazah S2 di Pascasarjana UINSA yang saat itu lokasinya berada di GreenSA Juanda Surabaya. Tak lupa, juga mengurus surat keterangan sehat jasmani & rohani, serta surat keterangan bebas narkoba.

Saya masih sangat ingat betapa perjuangan pemberkasan saat itu membutuhkan energi yang begitu besar karena harus ke sana ke mari dan dikejar deadline yang hanya beberapa hari saja. Belum lagi jalanan begitu ramai karena tahun baru. Hingga akhirnya, pemberkasan berhasil saya dan kawan-kawan seangkatan rampungkan tepat saat Isya' di tanggal 31 Desember 2013. Begitu saya pulang ke Sidoarjo, langsung disambut dengan suara mercon dan kembang api di langit. Pertanda bahwa saya tiba di rumah tepat pergantian tahun 2013 ke 2014.

Saya mulai tinggal di Tulungagung tahun 2014. Awalnya, saya belum bisa beradaptasi dengan suasana Tulungagung. Apalagi saya belum tahu beberapa tempat tertentu di Tulungagung. Suasana yang begitu ramai hingga tengah malam saat saya tinggal di Sidoarjo (Perbatasan Surabaya Barat), tidak saya temukan di Tulungagung. 10 tahun yang lalu, wilayah Plosokandang Tulungagung tidak seramai saat ini, seiring dengan alih status STAIN menjadi IAIN dan UIN serta bertambahnya jumlah mahasiswa dari yang saat itu masih kurang lebih 3.000 an, hingga saat ini sudah lebih dari 26.000 mahasiswa. Jumlah mahasiswa UIN SATU saat ini terbanyak untuk tingkat PTKIN di Jawa Timur.

Awal mengajar 2014, hampir semua mahasiswa yang saya ajar, saya mengenal namanya. Sekarang, karena saking banyaknya, hanya beberapa nama saja yang saya hafal, yakni PJ kelas, Ketua Kelas, dan mahsiswa yang aktif di kelas saja. Suasana kekeluargaan dan keramahan saya temukan di kampus ini. Karena beberapa dosen adalah orang-orang sekitar Tulungagung, Kediri, Blitar, Trenggalek, Nganjuk, dan juga wilayah Jawa Tengah, membuat saya merasa kagok dalam berbicara. Pasalnya, bahasa Jawa Krama saya tidak seberapa bagus. Sementara orang-orang di sini bahasa Jawanya halus sekali. Saya merasa seperti flash back ujian Bahasa Jawa saat masih MI & SMP dulu, di mana saya sangat tidak menguasai krama inggil.

Seiring dengan waktu, Tulungagung mulai banyak pembangunan. Tidak hanya UIN saja yang membangun, namun Pemerintah Daerah Tulungagung juga membangun infrastruktur. Potensi wisata wilayah Tulungagung bagian selatan mulai dikembangkan dengan hadirnya Jalur Lintas Selatan (JLS) Tulungagung yang menghubungkan Tulungagung dengan Trenggalek dan Pacitan, serta Blitar dan Malang ke depan. JLS ini nampak mempesona, pasalnya deretan pantai yang sangat indah ada di wilayah ini. Mulai dari Pantai Gemah, Klathak, Sidem, Popoh, Midodaren, Pacar, Sanggar, Dlodo, Patuk Gebang, Kedung Tumpang, dan lain-lain.

Tidak hanya sektor wisata, sektor perekonomian juga diperhatikan dengan melakukan pembangunan dan renovasi pasar-pasar rakyat. Nah, berbicara tentang pasar, saya senang sekali tatkala jalan-jalan ke pasar-pasar di daerah Tulungagung. Pasalnya, pasar ini didominasi oleh warga lokal, tidak seperti pasar di Sidoarjo dan Surabaya yang lebih didominasi orang-orang Madura. Sehingga, proses transaksi jual beli begitu sangat menyenangkan, karena para pedagang sangat ramah, bahasanya santun, dan murah senyum.

Selain itu, pasar-pasar di sini juga bersih dan rapi. Jarang sekali ditemui pasar yang sampahnya menggunung atau berserakan di mana-mana sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Kaitannya dengan kerapihan dan kebersihan, Pemkab dan orang-orang Tulungagung saya acungi jempol. Bahkan, tata ruang di Kabupaten Tulungagung, baik yang di wilayah tengah kota, hingga di desa-desa, nampak rapi dan bersih.

Pasar Rakyat Tamanan Tulungagung

Nah, salah satu Pasar yang menjadi destinasi belanja saya hari ini adalah Pasar Rakyat Tamanan-Tulungagung. Pasar Tamanan adalah jantung kota yang berdenyut dengan kehidupan sehari-hari dan kegiatan perdagangan yang ramai. Terletak di pusat kota Tulungagung, pasar ini mudah dijangkau dan menjadi salah satu destinasi utama bagi warga lokal dan wisatawan yang ingin merasakan atmosfer pasar tradisional yang khas.

Ketika para pengunjung memasuki Pasar Tamanan, pengunjung akan langsung disambut oleh keramaian dan warna-warni aktivitas pasar. Bangunan-bangunan klasik dan arsitektur tradisional di sekitar pasar menambah daya tarik pasar ini. Suara pedagang yang berteriak, bau rempah-rempah, dan warna-warni payung di atas setiap gerai menciptakan atmosfer yang penuh dengan keramahan dan aktivitas ekonomi yang sangat dinamis.

Suasana jual beli di Pasar Tamanan Tulungagung

Pasar Tamanan memiliki denah yang teratur dengan lorong-lorong yang saling terhubung, hal ini memudahkan pengunjung untuk menjelajah setiap sudut pasar. Setiap lorong memiliki tema khusus, mulai dari buah-buahan dan sayuran hingga pakaian dan kerajinan tangan. Denah yang teratur ini membantu pengunjung untuk menemukan produk yang mereka cari tanpa kesulitan.

Gerai dan kios di Pasar Tamanan dipenuhi dengan produk-produk yang beragam. Payung-payung yang berwarna-warni dan kain penutup meja yang indah menambah keceriaan visual pasar. Setiap gerai dikelola oleh pedagang yang ramah dan bersahabat, siap memberikan informasi dan membantu pengunjung menemukan barang yang diinginkan.

Pasar Tamanan Tulungagung adalah sebuah tempat yang kaya akan warna dan kehidupan. Pasar ini menawarkan beragam produk yang mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Ketika pengunjung melangkah masuk ke lorong-lorong pasar yang ramai, pengunjung akan disuguhi oleh berbagai pilihan barang dan produk yang menarik hati. Berikut adalah narasi mengenai apa saja yang dapat pengunjung temukan di Pasar Tamanan Tulungagung

1. Hasil Pertanian Segar

a. Buah-buahan Lokal

Pasar ini menjadi tempat bagi para petani lokal untuk menawarkan hasil bumi mereka. Dari mangga manis hingga rambutan lezat, setiap penjuru pasar dipenuhi dengan keharuman dan warna-warni buah-buahan segar.

Stand penjual sayur di Pasar Tamanan

b. Sayuran Organik

Lorong-lorong yang dikelilingi oleh tumpukan sayuran segar menjadi daya tarik tersendiri. Sayuran organik, seperti kangkung, bayam, dan tomat, menanti para pengunjung yang ingin membawa pulang kelezatan dan kesegaran alam.

2. Produk Lokal Khas Tulungagung

a. Kain Tenun dan Batik

Pasar Tamanan juga dikenal sebagai pusat kain tenun dan batik. Setiap gerai dipenuhi dengan kain-kain indah yang mencerminkan keahlian para pengrajin lokal. Motif tradisional yang khas Tulungagung memberikan sentuhan budaya yang kuat pada setiap karya.

b. Kerajinan Tangan Unik

Berbagai kerajinan tangan seperti tas anyaman, boneka tangan, dan aksesori unik juga dapat ditemukan di pasar ini. Setiap produk menggambarkan kecerdasan dan kreativitas para pengrajin lokal.

3. Kuliner Khas Tulungagung

a. Jajan Pasar Tradisional

Pasar Tamanan menyuguhkan berbagai jajan pasar tradisional yang lezat dan unik. Lemper, klepon, dan lupis adalah beberapa contoh jajanan khas Tulungagung yang dapat dinikmati para pengunjung.

Aneka jajanan tradisional yang dijual di Pasar Tamanan Tulungagung

b. Makanan Ringan Tradisional

Lorong-lorong di pasar ini dipenuhi dengan aroma makanan ringan tradisional yang menggoda selera. Mulai dari tempe mendoan hingga getuk, setiap sudut pasar menyajikan pilihan kuliner yang memuaskan.

4. Pakaian dan Aksesoris

a. Busana Tradisional

Pasar ini juga menjadi tempat yang ideal untuk mencari busana tradisional Jawa Timur. Mulai dari batik hingga kebaya, pengunjung dapat menemukan pilihan busana yang cantik dan berkualitas tinggi.

b. Aksesoris Unik

Gerai-gerai di Pasar Tamanan menawarkan beragam aksesoris seperti kalung, gelang, dan anting-anting dengan sentuhan lokal yang unik. Setiap aksesoris menceritakan cerita dan keindahan kultur Tulungagung.

Dengan keberagaman produk yang ditawarkan, Pasar Tamanan Tulungagung tidak hanya menjadi tempat untuk berbelanja, tetapi juga destinasi yang memperkaya pengalaman budaya dan kuliner bagi setiap pengunjungnya.

Bagian pasar yang khusus untuk kuliner menjadi pusat daya tarik tersendiri. Aroma masakan khas Tulungagung menguar di udara, mengundang pengunjung untuk mencicipi berbagai hidangan lezat. Warung-warung kecil dengan meja dan kursi sederhana menciptakan suasana yang hangat dan nyaman bagi para pelanggan.

Saya berada di stand-stand kuliner, tersedia Nasi Campur, Nasi Pecel, Mie Ayam, dan aneka masakan, jajanan serta minuman tradisional lainnya

Pasar Tamanan bukan hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga menjadi arena interaksi budaya yang akrab. Penduduk lokal yang ramah dan cerita-cerita tradisional yang mereka bagikan menciptakan pengalaman yang mendalam bagi para pengunjung yang ingin lebih memahami kehidupan sehari-hari masyarakat Tulungagung.

Pengelolaan Pasar Tamanan oleh Pemerintah Daerah Tulungagung mencerminkan komitmen untuk memajukan sektor perdagangan tradisional dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Berbagai kebijakan dan upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pasar, memfasilitasi pedagang, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Satu hal yang berbeda yang saya temui di Tulungagung adalah minimarket seperti Alfamart dan Indomart tidak buka 24 jam di Tulungagung. Kalau pagi pun bukanya biasanya antara jam 7-8 pagi. Ini menunjukkan keberpihakan kepada pedagang kecil.

Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi infrastruktur pasar perlu dilakukan. Renovasi dan perbaikan fisik dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan aman bagi pengunjung. Pembangunan kios-kios yang teratur, penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai, dan perbaikan tata ruang pasar merupakan langkah-langkah konkrit yang bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pasar.

Pemerintah Daerah Tulungagung mulai nampak melakukan upaya untuk meningkatkan keamanan di Pasar Tamanan. Penegakan aturan, termasuk perizinan dan standar kesehatan diawasi secara ketat untuk memastikan bahwa semua pedagang beroperasi dengan mematuhi norma-norma yang berlaku. Keamanan pasar menjadi prioritas untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pengunjung.

Dengan serangkaian kebijakan dan upaya ini, Pemerintah Daerah Tulungagung berupaya menjadikan Pasar Tamanan sebagai pusat perdagangan yang dinamis, berdaya saing, dan memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal serta kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan Pasar Tamanan di masa mendatang akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas pasar. Beberapa tantangan tersebut melibatkan aspek ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan. Tantangan ini yang harus segera diantisipasi dan dicarikan solusi oleh Pemerintah Daerah.

Meningkatnya penetrasi e-commerce dan globalisasi dapat menjadi tantangan serius bagi pasar tradisional seperti Pasar Tamanan. Perubahan pola belanja masyarakat yang beralih ke belanja online dapat mengurangi jumlah pengunjung pasar fisik. Oleh karena itu, pengelola pasar perlu menghadapi tantangan ini dengan meningkatkan daya tarik dan layanan pasar tradisional agar tetap bersaing.

Perubahan gaya hidup masyarakat, terutama yang berkaitan dengan preferensi belanja dan pola konsumsi, dapat memengaruhi permintaan di pasar tradisional. Jika masyarakat lebih memilih belanja di pusat perbelanjaan modern atau pusat perbelanjaan online, Pasar Tamanan perlu beradaptasi dengan menyediakan produk-produk yang sesuai dengan perubahan preferensi konsumen.

Perkembangan teknologi yang cepat menuntut pengelola pasar untuk terus memperbarui sistem manajemen dan infrastruktur teknologi di pasar. Penggunaan sistem manajemen berbasis teknologi yang canggih dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional, pengelolaan stok, dan pelayanan kepada pelanggan.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka tentu akan ada peningkatan biaya operasional, seperti pajak, sewa tempat, dan biaya utilitas. Hal ini dapat menjadi beban berat bagi pedagang di Pasar Tamanan. Pengelola pasar perlu mencari solusi untuk mengelola biaya operasional agar tetap terjangkau bagi pedagang, sambil tetap memastikan kualitas dan keberlanjutan pasar.

Pasar Tamanan perlu memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Pengelolaan limbah, efisiensi energi, dan penggunaan bahan ramah lingkungan dapat menjadi perhatian utama untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pasar dan dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

Dengan kesadaran akan tantangan-tantangan ini, pengelola Pasar Tamanan dapat merancang strategi yang sesuai untuk menjawab perubahan dinamika pasar dan memastikan keberlanjutan serta relevansi pasar tradisional di tengah perubahan zaman. (Laila)

Jumat, 29 Desember 2023

PERJALANAN ZIARAH KE MAKAM GURU ZUHDI: MENYINGKAP SEJARAH, BUDAYA, PERGUMULAN DENGAN FILSAFAT, PANDANGANNYA TENTANG KESETARAAN GENDER DAN KHARISMA YANG MENGINSPIRASI

Makam Guru Zuhdi yang ditutup dengan tirai hijau

Sekilas Sejarah Guru Zuhdi

Hampir setiap perjalanan saya ke luar kota atau ke luar pulau, selain melaksanakan tugas dinas, juga menyempatkan untuk berkunjung ke destinasi wisata di tempat yang saya kunjungi. Tempat wisata yang dimaksud, bisa berbagai macam tempat, seperti wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, dan lain sebagainya. Kali ini, tanggal 14 Desember 2023, saya berada di Kota Banjarmasin, salah satu kota terbesar di Kalimantan Selatan. Selain mengexplore wisata alam dan kulinernya, saya juga menyempatkan untuk melakukan wisata religi dengan berziarah ke makam salah satu Ulama' Banjar.

Bagi saya, perjalanan ziarah bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan intelektual yang dapat mengungkapkan berbagai aspek sejarah, budaya, dan kharisma dari tokoh-tokoh berpengaruh. Salah satu perjalanan ziarah yang menarik dan bermakna saya di Kota banjarmasin adalah ke makam Guru Zuhdi, seorang tokoh yang dikenal karena warisannya yang besar dalam dunia spiritual dan pendidikan.

Makam Guru Zuhdi menjadi saksi bisu dari rentang waktu yang panjang, menyimpan cerita-cerita yang terukir di batu nisan. Melangkah di antara barisan makam yang tertata rapi, kita dapat merasakan kehadiran sejarah yang hidup. Guru Zuhdi, seorang guru dan spiritualis terkemuka, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah lokal. Ia dikenang sebagai sosok yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan.

K.H. Zuhdiannor (Guru Zuhdi)

Nama lengkap Guru Zuhdi adalah K.H. Ahmad Zuhdiannoor. Beliau lahir di Banjarmasin pada tanggal 10 Februari 1972 dari pasangan K.H. Muhammad bin Jafri dan Hj. Zahidah binti K.H. Asli. K.H. Ayah dan Kakek beliau (K.H. Asli) merupakan ulama yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Ayahnya merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah (Selapas wafatnya K.H. Muhammad Sani) dan alumni Pondok Pesantren Darussalam Martapura yang merupakan sahabat karib dari KH. Muhammad Zaini Ghani. Sementara itu, kakek beliau merupakan ulama yang tinggal di Alabio (Bahasa Banjar: Halabiu), yang saat ini disebut Kecamatan Sungai Pandan.

Sejak kecil, beliau telah menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap pengetahuan spiritual dan kebijaksanaan. Hal ini karena Guru Zuhdi lahir dalam sebuah keluarga yang kental dengan nilai-nilai keagamaan dan kecintaan pada ilmu pengetahuan. Pendidikan awalnya tidak hanya mencakup baca-tulis-berhitung, tetapi juga didorong oleh keluarganya untuk memahami nilai-nilai moral dan etika yang menjadi landasan kehidupan.

Langkah pertama Guru Zuhdi dalam perjalanan pendidikannya dimulai di sekolah lokal. Di sana, ia menunjukkan bakat dan minat yang luar biasa dalam belajar. Guru-gurunya yang cerdas melihat potensinya dan memberikan dorongan ekstra untuk mengembangkan kecerdasannya. Keinginan beliau untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia ilmu pengetahuan mulai terpancar.

Guru Zuhdi, meskipun lahir dalam lingkungan yang sederhana, namun beliau memiliki tekad yang kuat untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi. Keinginannya untuk menuntut ilmu membawanya melintasi batas-batas negeri menuju tempat-tempat yang kaya akan ilmu pengetahuan. Di luar negeri, ia tidak hanya memperdalam pengetahuan keagamaan, tetapi juga merambah berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini menjadikan beliau figur yang memiliki pemahaman yang holistik terhadap kehidupan.

Dengan tekad yang kuat untuk mengejar ilmu yang lebih tinggi, Guru Zuhdi memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Perjalanan beliau membawa beliau ke pusat-pusat pendidikan terkemuka di luar negeri. Di sana, beliau tidak hanya menekuni studi agama dan filsafat, tetapi juga merambah ke berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kombinasi keterampilan akademisnya yang cemerlang dan kepribadiannya yang rendah hati membuatnya dikenal di kalangan sesamanya.

Guru Zuhdi tidak hanya berfokus pada aspek akademis semata, melainkan juga merangkul dimensi spiritual dalam setiap aspek kehidupannya. Ia memahami bahwa ilmu pengetahuan dan spiritualitas dapat saling melengkapi, membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berakhlak baik. Pendidikannya mencakup pemahaman mendalam tentang ajaran agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan alam.

Setelah menyelesaikan pendidikan beliau, Guru Zuhdi kembali ke tanah air untuk berbagi pengetahuan yang beliau dapatkan. Beliau terlibat dalam dunia akademis, menjadi dosen di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Keberhasilan beliau tidak hanya terukir dalam prestasi akademis murid-murid beliau, tetapi juga dalam cara beliau menginspirasi mereka untuk berpikir kritis, merangkul nilai-nilai moral, dan menggali potensi batin mereka.

Guru Zuhdi juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya beliau tidak hanya tulisan bernuansa agama, tetapi juga kumpulan pemikiran filsafat dan ajaran kebijaksanaan hidup. Melalui tulisan, beliau mewariskan nilai-nilai kehidupan yang dapat membimbing generasi selanjutnya. Guru Zuhdi mencapai puncak karier bukan hanya sebagai seorang pendidik terkemuka tetapi juga sebagai pemimpin spiritual yang dihormati. Pengalaman dan pengetahuan beliau menciptakan daya tarik yang tak terbantahkan. Hal ini yang menjadikan beliau sebagai figur yang dicari untuk memberikan petunjuk dan bimbingan.

Jejak Budaya Guru Zuhdi

Guru Zuhdi, tidak hanya dikenal karena warisan beliau dalam bidang spiritual dan pendidikan, tetapi juga karena pengaruh beliau yang mendalam dalam membentuk budaya lokal. Jejak budaya yang ditinggalkan oleh Guru Zuhdi membentuk fondasi kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional yang masih hidup dan relevan hingga hari ini.

Salah satu jejak budaya yang kuat yang ditinggalkan oleh Guru Zuhdi adalah pelestarian tradisi lokal melalui pendidikan. Beliau tidak hanya menekankan pentingnya ilmu pengetahuan global, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam setiap pelajaran, beliau membawa elemen budaya setempat untuk menjaga kekayaan tradisional.

Guru Zuhdi memahami peran penting seni dan kesenian dalam membentuk karakter dan moral. Jejak budaya ini tercermin dalam integrasi seni tradisional dalam kegiatan pendidikan. Mulai dari pertunjukan seni rakyat hingga kelas-kelas kesenian. Selain itu, Guru Zuhdi juga menciptakan suasana yang memadukan nilai-nilai budaya dengan pembelajaran yang bernuansa akademis.

Guru Zuhdi sering menginisiasi festival kebudayaan dan kesenian sebagai sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya lokal. Festival ini tidak hanya menjadi panggung bagi seniman lokal, tetapi juga menjadi wadah untuk mempererat ikatan sosial dalam masyarakat. Jejak festival ini terus diteruskan sebagai momen yang dinanti-nanti oleh warga setempat.

Perayaan-perayaan tradisional diadakan dengan semangat yang penuh kehangatan dan keakraban berkat usaha Guru Zuhdi. Dari peringatan hari-hari besar keagamaan hingga acara-acara adat, setiap perayaan menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas masyarakat. Jejak ini tidak hanya membentuk warisan budaya, tetapi juga membangun fondasi untuk keharmonisan sosial.

Jejak budaya Guru Zuhdi yang lainnya adalah beliau menjadikan pemertahanan bahasa daerah sebagai salah satu prioritasnya. Melalui kegiatan-kegiatan edukatif, beliau mendorong para murid dan komunitas untuk tetap menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Lagu-lagu daerah, cerita rakyat, dan pepatah lokal menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan yang diberikan oleh beliau.

Jejak budaya Guru Zuhdi juga tercermin dalam penekanan beliau pada etika dan tatanan sosial lokal. Beliau mengajarkan pentingnya norma-norma sosial dalam interaksi sehari-hari. Pelajaran-pelajaran ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan keseharian, membentuk karakter dan perilaku positif di masyarakat.

Jejak budaya yang ditinggalkan oleh Guru Zuhdi bukan hanya sebagai warisan, tetapi sebagai sumber kekuatan bagi masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal yang dia tanamkan membentuk identitas kultural yang kuat dan memberikan fondasi bagi pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Melangkah lebih jauh, jejak budaya Guru Zuhdi menjadi pendorong untuk melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai modal berharga untuk masa depan.

Pergumulan dengan Filsafat

Sebagai seorang pendidik dan pemimpin spiritual yang terkemuka, Guru Zuhdi tidak hanya menelusuri dunia ilmu pengetahuan konvensional, tetapi juga menggali ke dalam dunia filsafat yang mendalam. Pergumulan Guru Zuhdi dengan filsafat menciptakan dimensi baru dalam perjalanan intelektual beliau, serta menghadirkan kedalaman pemikiran dan kebijaksanaan yang menginspirasi banyak orang.

Ketika masih menjalani pendidikan tinggi di luar negeri, Guru Zuhdi mulai merasakan kegelisahan beliau terkait dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang menghantui pikirannya. Ketertarikan beliau terhadap filsafat tumbuh pesat, dan beliau mulai mengeksplorasi berbagai aliran pemikiran, mulai dari filsafat klasik hingga filsafat kontemporer.

Guru Zuhdi percaya bahwa filsafat bukan hanya sebatas kumpulan konsep-konsep intelektual, tetapi juga merupakan cermin yang mencerminkan kehidupan sehari-hari. Beliau menggali filsafat sebagai sarana untuk memahami makna hidup, tujuan eksistensi manusia, dan peran individu dalam kebesaran alam semesta.

Perjalanan filsafat Guru Zuhdi tidak terlepas dari pertemuan beliau dengan karya-karya besar filsuf-filsuf terkemuka. Dari filsuf-filsuf klasik seperti Plato, Aristoteles, hingga pemikir-pemikir modern seperti Sartre dan Kierkegaard, setiap karya menjadi sumber pencerahan bagi beliau. Beliau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis yang membawa beliau melakukan refleksi diri secara mendalam.

Pergumulan Guru Zuhdi dengan filsafat seringkali terpusat pada hubungan antara ilmu pengetahuan dan keimanan. Beliau tidak hanya melihat filsafat sebagai sarana intelektual, tetapi juga sebagai jembatan untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual. Pergumulan tersebut menghadirkan pemahaman yang mendalam tentang harmoni antara akal dan hati.

Filsafat bagi Guru Zuhdi bukan hanya tentang pemikiran abstrak, tetapi juga tentang panduan etika dalam hidup. Beliau menggali filsafat sebagai sumber kebijaksanaan untuk membimbing perilaku dan tindakan sehari-hari. Konsep-konsep moral dari filsafat menjadi landasan bagi ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada murid-murid beliau.

Pergumulan Guru Zuhdi dengan filsafat membawa pencerahan yang mendalam, tidak hanya bagi beliau, tetapi juga dan orang-orang yang terinspirasi oleh pemikiran beliau. Beliau tidak hanya menjadikan filsafat sebagai sarana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan eksistensial, tetapi juga sebagai sumber kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pergumulan beliau dengan filsafat menghadirkan suatu filosofi hidup yang memancarkan cahaya kebijaksanaan, mencerahkan jiwa-jiwa yang mencari arah dan makna dalam perjalanan hidupnya.

Pandangan Guru Zuhdi tentang Kesetaraan Gender

Pada era modern saat ini, isu-isu seputar gender semakin menjadi sorotan, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu tokoh yang dikenal sebagai pemikir yang peduli terhadap peran gender dalam pendidikan adalah Guru Zuhdi. Dengan pengalaman dan pengetahuannya, Guru Zuhdi memberikan perspektif yang unik dan berharga terkait kesetaraan gender dalam dunia pendidikan.

Guru Zuhdi percaya bahwa pendidikan yang inklusif dan setara adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan. Bagi beliau, gender tidak boleh menjadi penghalang dalam mengakses pendidikan dan meraih potensi penuh seseorang. Beliau mendorong para pendidik untuk membangun lingkungan kelas yang mendukung semua siswa, tanpa memandang jenis kelamin mereka.

Salah satu konsep utama dalam pemikiran Guru Zuhdi adalah penekanan pada keberagaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Beliau meyakini bahwa setiap individu, tanpa memandang jenis kelaminnya, memiliki keunikan dan kontribusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mengakomodasi keberagaman ini dan memastikan bahwa setiap siswa merasa diterima dan dihargai.

Guru Zuhdi juga mempromosikan kesadaran gender di kalangan siswa dan pendidik. Menurut beliau, pemahaman yang baik tentang peran gender dapat membantu mengatasi stereotip dan diskriminasi yang mungkin muncul di lingkungan pendidikan. Beliau berpendapat bahwa dengan menciptakan kesadaran ini, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif dan menghormati hak-hak setiap individu.

Pendidikan yang diadvokasi oleh Guru Zuhdi tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga melibatkan para orang tua dan komunitas. Beliau berpendapat bahwa perubahan nyata hanya dapat terjadi jika semua pihak terlibat aktif dalam mendukung pendidikan yang inklusif dan setara.

Dengan visinya yang progresif, Guru Zuhdi telah menjadi inspirasi bagi banyak pendidik dan aktivis gender. Pemikiran beliau membawa tantangan kepada kita semua untuk terlibat dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mempromosikan kesetaraan gender dan mendukung perkembangan optimal setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin.

Makam Guru Zuhdi atau K.H. Ahmad Zuhdiannoor

Menggali Kharisma dan Kearifan Guru Zuhdi yang Menyentuh Jiwa

Guru Zuhdi adalah sosok yang dikenal dengan kebijaksanaan dan aura kharismatiknya, melampaui peran beliau sebagai pendidik dan spiritualis. Kharisma beliau tak hanya tercermin dalam metode beliau mengajar, tetapi juga dalam kedalaman pemikiran beliau dan kebijaksanaan yang membentuk kearifan hidup yang tak ternilai harganya.

Guru Zuhdi membawa aura kharismatik beliau ke dalam setiap ruang kelas. Wajah beliau yang penuh ketenangan dan kata-kata yang diucapkan beliau dengan penuh perhatian mampu menciptakan atmosfer pembelajaran yang istimewa. Para murid merasakan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga transfer nilai-nilai moral dan spiritual yang melekat pada pribadi Guru Zuhdi.

Guru Zuhdi tidak hanya berfokus pada transmisi informasi, tetapi juga pada pembentukan hubungan personal dengan setiap murid beliau. Guru Zuhdi membaca kebutuhan dan potensi setiap individu, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan intelektual. Kharisma dan kearifannya menjadi jembatan yang menghubungkan guru dan murid dalam suatu pengalaman belajar yang tak terlupakan.

Guru Zuhdi mengajarkan pemikiran holistik yang melampaui batas-batas ilmu pengetahuan konvensional. Beliau merangkul aspek-aspek kehidupan, termasuk spiritualitas, etika, dan kebijaksanaan hidup. Setiap kajian yang disampaikan oleh beliau, tidak hanya menitikberatkan pada kecerdasan intelektual, tetapi juga membimbing para murid untuk membentuk karakter dan sikap positif.

Guru Zuhdi memahami pentingnya kecerdasan emosional dalam perkembangan pribadi. Kharisma beliau terletak pada kemampuannya membimbing para murid untuk memahami dan mengelola emosi mereka. Beliau tidak hanya mengajarkan tentang bagaimana mencapai kesuksesan akademis, tetapi juga bagaimana membentuk hubungan yang sehat dengan diri sendiri dan orang lain.

Sebagai pemimpin spiritual, Guru Zuhdi memiliki kearifan dalam menyelesaikan konflik dan menciptakan perdamaian batin. Beliau mengajarkan bahwa kebijaksanaan bukan hanya terletak pada pengetahuan, tetapi juga dalam cara kita menanggapi konflik. Beliau tidak hanya mengajarkan kepada para murid untuk berpikir rasional, tetapi juga membawa kedamaian dalam diri mereka dan lingkungan sekitar.

Ceramah-ceramah Guru Zuhdi dipenuhi dengan kharisma yang mampu menyentuh hati pendengarnya. Beliau mampu menyampaikan ajaran-ajaran spiritual dengan kata-kata yang sederhana tetapi begitu dalam. Doa-doa yang diucapkan beliau tidak hanya menjadi ritual, tetapi juga sarana untuk menyatukan hati dan memohon petunjuk kebijaksanaan.

Meskipun Guru Zuhdi telah tiada, kharisma dan kearifannya tetap hidup dalam setiap generasi yang mengambil warisan beliau. Murid-murid yang pernah mendengar ceramah dan merasakan kebijaksanaan beliau berupaya untuk meneruskan jejak kharisma dan kearifan itu dalam setiap aspek kehidupan mereka. Kharisma Guru Zuhdi tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (Laila)

PASAR APUNG LOK BAINTAN: EKSOTISME BUDAYA DAN PERAN PEREKONOMIAN PEREMPUAN DI PINGGIRAN SUNGAI TABUK BANJAR

Pasar Apung Lok Baintan Banjar

Eksotisme Budaya Pasar Apung Lok Baintan

Indonesia memiliki kekayaan budaya dan alam yang luar biasa, dan salah satu destinasi yang menggabungkan keduanya adalah Pasar Apung Lok Baintan di pinggiran Sungai Tabuk, Banjar. Saya mengunjungi Pasar ini tanggal 16 Desember 2023 kemarin. Pasar ini bukan hanya sekadar tempat berbelanja, tetapi juga menyuguhkan eksotisme budaya dan menjadi panggung bagi peran ekonomi perempuan yang menonjol. Pasar Apung Lok Baintan terletak di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Pasar ini memiliki sejarah panjang yang mencerminkan kehidupan masyarakat setempat. Dikatakan bahwa pasar ini telah ada sejak abad ke-17 M, dan menjadi pusat perdagangan antara suku Banjar dan suku Dayak. Bangunan-bangunan tradisional mengambang di atas sungai. Hal ini memberikan pemandangan unik dan menarik bagi para pengunjung.

Keunikan Pasar Apung Lok Baintan terletak pada arsitektur bangunan-bangunan kayu yang mengapung di atas sungai. Setiap bangunan memiliki warna dan desain yang khas, yang mampu menciptakan pemandangan yang indah dan mempesona. Pengunjung dapat menjelajahi pasar dengan perahu tradisional yang dikenal dengan sebutan "jukung" atau "ketinting", sambil merasakan sensasi menyusuri sungai yang tenang dan menikmati keindahan pasar apung.

Pasar Apung Lok Baintan memberikan pengalaman wisata yang tak terlupakan bagi para wisatawan. Terletak di tepi sungai yang tenang, membuat pasar ini memberikan perspektif yang berbeda tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar. Perahu-perahu kecil yang dihiasi dengan warna-warni khas Banjar menjadi daya tarik utama. Pemandangan ini menciptakan atmosfer yang magis, terutama saat matahari terbenam, mewarnai langit dan air sungai dengan warna-warni yang memukau.

Para Pedagang Perempuan yang berdagang sambil mengendarai jukung

Keunikan Pasar Apung Lok Baintan tidak hanya terletak pada tampilan fisiknya, tetapi juga dalam kekayaan budaya Banjar yang tercermin dalam setiap aktivitas para pedagang dan penyedia jasa perahu/jukung di pasar ini. Para pedagang yang berpakaian tradisional menambah kuatnya nuansa khas Banjar, serta menciptakan suasana yang dapat menghubungkan para wisatawan dengan sejarah dan warisan lokal. Suasana ramah dan hangat dari para pedagang lokal memberikan pengalaman interaktif yang tak terlupakan.

Selain keunikan tersebut, pasar ini juga merupakan tempat di mana budaya Banjar dan Dayak bertemu. Berbagai produk lokal seperti kain tenun, kerajinan tangan, dan hasil pertanian tradisional dipamerkan di pasar ini. Setiap produk mencerminkan kekayaan warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Pasar Apung dan Peran Perekonomian Perempuan

Di balik gemerlapnya pasar apung, terdapat cerita luar biasa tentang peran perempuan dalam perekonomian lokal. Banyak dari perempuan Banjar yang menjadi pedagang di pasar ini menjajakan berbagai barang dagangan mulai dari hasil pertanian, kerajinan tangan, hingga kuliner khas daerah. Keberanian dan keterampilan perempuan-perempuan ini memberikan kontribusi besar terhadap keberlanjutan pasar dan perekonomian lokal secara keseluruhan.

Seiring matahari terbit di langit timur Kalimantan Selatan, Pasar Apung Lok Baintan mulai hidup dengan hiruk-pikuk perdagangan. Saya menyaksikan keriuhan itu tatkala berkunjung ke Pasar Apung ini sekitar jam 7 pagi Waktu Indonesia Tengah (WITA). Namun, apa yang membuat pasar ini benar-benar istimewa adalah keunikan interaksi antara para pedagang perempuan dengan pengunjung, yang tidak hanya sekadar transaksi bisnis, tetapi juga merupakan pertunjukan seni berpantun yang menghidupkan suasana pasar.

Pedagang Perempuan yang berdagang di atas jukung/perahu

Setiap pagi, para pedagang perempuan menghiasi rak-rak perahunya dengan berbagai hasil kerajinan dan produk lokal bersiap untuk bertemu dengan pembeli. Namun, mereka tidak sekadar menunggu pembeli yang datang, melainkan memulai setiap interaksi dengan berpantun. Pantun-pantun ini merupakan tradisi turun-temurun yang tidak hanya menarik perhatian tetapi juga menciptakan atmosfer yang akrab dan ramah. Saya pun terkesima dengan pantun-pantun mereka. Seolah, pantun yang mereka lontarkan memiliki daya magis yang membuat pengunjung menjadi terpesona & ingin membeli barang dagangannya.

Pantun-pantun yang mereka lontarkan tidak hanya menciptakan keceriaan di antara para pengunjung, tetapi juga memamerkan keterampilan linguistik para pedagang perempuan. Mereka menjawab pertanyaan pembeli dengan cepat dan gesit, menggunakan kata-kata yang bermain senada dengan irama pantun. Pertunjukan berpantun ini menjadi semacam ritus yang meresapi pasar dengan kehangatan dan kebersamaan. Bukan hanya sekadar menjual barang dagangan, para pedagang perempuan menggunakan seni berpantun untuk menjalin hubungan personal dengan pembeli. Seakan-akan setiap transaksi adalah tarian kata yang mempererat ikatan antara penjual dan pembeli.



Dengan sentuhan kebudayaan yang unik ini, pedagang perempuan tidak hanya menjual produk mereka, tetapi juga menawarkan pengalaman belanja yang tak terlupakan, membangun ikatan emosional antara para pelanggan dan kekayaan budaya Pasar Apung Lok Baintan.

Pasar Apung Lok Baintan memberikan gambaran nyata tentang peran penting perempuan dalam perekonomian masyarakat setempat. Bagi saya, perempuan-perempuan pedagang di Pasar Apung Lok Baintan bukan hanya penjaga tradisi, tetapi juga agen perubahan ekonomi. Mereka tidak hanya menciptakan produk yang unik dan berkualitas, tetapi juga berperan dalam membangun komunitas yang kuat dan berkelanjutan.

Meskipun Pasar Apung Lok Baintan memiliki daya tarik yang kuat, tantangan tetap ada. Perubahan iklim, modernisasi, dan perubahan gaya hidup dapat mengancam eksistensi pasar ini. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi keberlanjutan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat dan dukungan dari pemerintah.

Ada sesuatu yang tak kalah menarik yang saya jumpai tatkala berinteraksi dengan para pedagang perempuan di pasar ini, yakni wajah mereka yang sangat putih seolah bertabur tepung. Rupanya, keindahan dan keanggunan pedagang perempuan tidak hanya tercermin dari barang dagangan yang mereka tawarkan, tetapi juga dari ritual kecantikan tradisional yang mereka jaga dengan penuh dedikasi. Salah satu elemen penting dalam ritual kecantikan ini adalah penggunaan bedak tradisional yang memberikan sentuhan magis pada penampilan para pedagang.

Bedak tradisional yang digunakan oleh pedagang perempuan di pasar ini seringkali dibuat dari bahan-bahan alami yang dapat ditemukan di sekitar lingkungan mereka. Serbuk beras, tumbuhan herbal seperti kunyit, dan rempah-rempah lokal lainnya menjadi bahan dasar untuk menciptakan bedak dengan kualitas yang unggul.

Pedagang perempuan yang berdagang sambil menggunakan bedak tradisional

Saya sempat bertanya kepada tour guide saya di Banjar perihal bedak mereka. Sebelum memulai berjualan, para pedagang perempuan akan duduk bersama-sama, mengambil sedikit waktu untuk merawat dan mempercantik diri. Ritual ini tidak hanya merupakan kebiasaan rutin, tetapi juga menjadi bentuk persembahan kepada kecantikan alam dan kearifan lokal. Proses pengaplikasian bedak tradisional ini pun bukan semata-mata tentang tata cara kecantikan. Hal ini juga menjadi wujud penghormatan terhadap warisan nenek moyang, di mana pengetahuan tentang tanaman obat dan ramuan tradisional digunakan untuk merawat kulit dan menyempurnakan penampilan.

Dalam menerapkan bedak tradisional, pedagang perempuan tidak hanya memoleskan dengan rutin, tetapi juga menggunakan teknik-teknik khusus yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka mungkin menggunakan alat-alat tradisional seperti batu alam atau kuas yang terbuat dari bahan-bahan alami. Selain memberikan tampilan kulit yang segar dan berseri, bedak tradisional juga memiliki aroma alami yang memberikan nuansa keharuman tersendiri. Aroma ini tidak hanya menciptakan pengalaman berbelanja yang unik tetapi juga menjadi bagian dari daya tarik pasar itu sendiri.

Penggunaan bedak tradisional oleh pedagang perempuan di Pasar Apung Lok Baintan tidak hanya mengacu pada kecantikan fisik, tetapi juga pada nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang senantiasa dijaga dan diwariskan. Sehingga, setiap penjualan bukan hanya sekadar transaksi, tetapi juga menyiratkan keindahan dan keberkahan dari balik setiap produk yang dihadirkan. Hmmm... menarik bukan?

Menikmati indahnya suasana suungai tempat Pasar Apung Lok Baintan berada

Pasar Apung Lok Baintan adalah destinasi yang tidak hanya memanjakan mata dengan keindahan alam dan budaya, tetapi juga memberikan pandangan mendalam tentang peran perempuan dalam perekonomian lokal. Melalui keberlanjutan dan pelestarian warisan budaya, Pasar Apung Lok Baintan dapat terus menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang, menjaga keunikan dan keberlanjutan masyarakat pinggiran sungai Tabuk Banjar. Jika Anda mencari pengalaman yang menggabungkan petualangan, keindahan alam, dan kekayaan budaya, Pasar Apung Lok Baintan adalah destinasi yang tak boleh terlewatkan. (Laila)

Kamis, 10 Agustus 2023

TITIK PUSAT DUNIA: TRAVERSING TIME DI TUGU KHATULISTIWA PONTIANAK

 

Tugu Khatulistiwa Pontianak

Siang itu (21/07) cuaca cukup cerah di sekitar Kota Pontianak. Setelah membersamai mahasiswa mengikuti pembekalan KKN di Auditorium UNTAN bersama beberapa dosen pendamping dari Perguruan Tinggi lain, saya memutuskan untuk keluar kampus mencari makan siang di warung yang tidak jauh dari kampus UNTAN. Setelah makan siang selesai, saya memutuskan untuk pergi ke salah satu ikon Kota Pontianak yang namanya sangat terkenal sebagai penanda garis lintang nol derajat, yaitu Tugu Khatulistiwa.

Tugu Khatulistiwa terletak di Jalan Khatulistiwa, Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak. Para wisatawan bisa mengunjungi Tugu ini dengan menaiki mobil travel atau Grab Car dari Pusat Kota Pontianak. Namun, saya sarankan pakai travel atau sewa kendaraan saja, karena jika anda menaiki Grab Car, anda akan bisa sampai sana, tetapi anda tidak akan menemukan Grab Car lagi di sana untuk perjalanan pulang. Pasalnya, untuk sampai Tugu Khatulistiwa, anda harus melewati jembatan Sungai Kapuas yang sangat padat pada pagi, siang dan sore hari. Sehingga karena kepadatan itu, jarang ada driver Grab Car yang mau mengambil pelanggan di wilayah yang melintasi jembatan tersebut. Kecuali jika Grab Car-nya mau anda minta untuk menunggu di sana. Selain Grab, anda juga bisa memanfaatkan layanan Maxim.


Tugu Khatulistiwa tepat di Titik Nol Derajat Garis Lintang

Perjalanan menuju Tugu Khatulistiwa bagi saya adalah perjalanan yang menawarkan pengalaman yang mampu membawa saya melewati batas waktu dan geografi. Ketika langit mendung atau cerah, Tugu Khatulistiwa menghadirkan suatu keajaiban yang langka. Inilah tempat di mana garis imajiner Khatulistiwa membelah Bumi menjadi dua bagian: Utara dan Selatan. Bagi banyak orang, merentas garis ini adalah lebih dari sekadar petualangan fisik; ini adalah perjalanan spiritual dan pemahaman mendalam tentang planet tempat kita tinggal.

Melangkah melintasi Tugu Khatulistiwa, terasa seolah waktu berlalu berbeda. Pengunjung akan merasakan sensasi tak tergambarkan ketika berdiri di persimpangan antara dua belahan Bumi yang berbeda ini. Cahaya matahari kadang kala memanjang atau menyusut. hal ini membawa kita dalam sentuhan dengan fenomena alam yang mengajak kita untuk merenung tentang kompleksitas ruang dan waktu.

Tidak hanya itu, perjalanan menuju Tugu Khatulistiwa  juga menawarkan pandangan yang luar biasa atas budaya dan sejarah Pontianak. Kota ini sendiri memiliki warisan yang kaya, sebagai tempat pertemuan berbagai etnis dan budaya yang menggabungkan pengalaman eksotis dengan perenungan mendalam. Seolah kita merasakan kekuatan penyatuan dan keragaman dalam perjalanan ini.

Jika anda ke Kota Pontianak, maka Tugu Khatulistiwa harus menjadi salah satu destinasi wisata yang harus anda kunjungi. Mengapa? Karena berkunjung ke Tugu Khatulistiwa adalah kesempatan untuk menjelajahi planet kita dengan cara yang unik dan mendalam, merasakan sentuhan ruang dan waktu di salah satu tempat paling istimewa di Bumi.


Susana siang hari di Tugu Khatulistiwa

Susana di Tugu Khatulistiwa Pontianak memiliki daya tarik dan pesona yang tak tertandingi. Saat tiba di sana, Anda akan merasakan aura magis yang terkait dengan titik di mana garis Khatulistiwa memotong Bumi. Berikut adalah gambaran tentang suasana di Tugu Khatulistiwa:

Keajaiban Geografis: Tugu Khatulistiwa adalah simbol penting dari pemisahan antara Belahan Utara dan Selatan Bumi. Anda akan merasakan ketegangan khusus ketika berdiri di sepanjang garis imajiner ini, merasa bahwa Anda benar-benar berada di "titik pusat dunia." Ini adalah tempat di mana fenomena alam dan geografi bertemu dalam harmoni unik.

Pemandangan Megah: Tugu Khatulistiwa sendiri adalah struktur yang megah dan mencolok. Menara tinggi yang dihiasi dengan simbol-simbol astronomi dan penandaan geografis menjadi latar belakang sempurna untuk foto-foto berkesan. Pemandangan di sekitarnya juga luar biasa, terutama saat matahari terbenam atau terbit, memberikan warna-warna indah di langit.

Atmosfer Spiritual: Banyak orang yang datang ke Tugu Khatulistiwa merasakan atmosfer spiritual. Tempat ini sering kali menjadi tujuan bagi mereka yang mencari momen refleksi dan ketenangan. Perasaan menghubungkan diri dengan planet dan alam semesta terasa kuat di sini, hal ini yang membuatnya menjadi tempat yang sempurna untuk merenung.

Aktivitas Interaktif: Di sekitar Tugu Khatulistiwa, Kita akan menemukan penanda dan papan informasi yang menjelaskan konsep geografis dan astronomi di balik Khatulistiwa. Ada juga aktivitas interaktif yang bisa Kita nikmati, seperti berfoto di garis Khatulistiwa yang ditandai di tanah atau menjalani pengalaman berdiri di dua belahan Bumi secara bersamaan.

Kemeriahan LokalTugu Khatulistiwa juga merangkul keunikan budaya setempat. Di sekitar monumen ini, pengunjung dapat menemukan berbagai toko suvenir dan tempat makan yang menawarkan cita rasa lokal. Pengunjung dapat merasakan budaya Kalimantan Barat melalui makanan, kerajinan tangan, dan barang-barang lainnya yang dijual di sekitar area tugu.

Pusat Informasi dan Pendidikan: Di sekitar Tugu Khatulistiwa, terdapat Pusat Informasi yang memberikan wawasan mendalam tentang garis Khatulistiwa, ilmu pengetahuan tentang fenomena astronomi, dan dampaknya terhadap alam dan kehidupan manusia. Pameran interaktif dan informasi ilmiah di pusat ini memberikan peluang belajar yang menarik bagi pengunjung.

Pemandangan Alam: Selain dari nilai simbolis dan budaya, Tugu Khatulistiwa juga menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan. Terletak di tepi Sungai Kapuas, pengunjung dapat menikmati panorama sungai yang indah dan pemandangan sekitar yang hijau.

Sungai Kapuas yang terletak di sekitar area Tugu Khatulistuwa

Saat saya berjalan-jalan di sekitar area Tugu Khatulistiwa, mata saya tertarik oleh suatu objek yang tampak seperti bola dunia yang diletakkan dengan penuh perhatian di salah satu sudut area tersebut. Miniatur bola dunia ini adalah representasi yang lebih kecil dari planet Bumi yang kita tempati. Pada permukaannya, peta dunia dengan benua, negara, dan garis lintang serta garis bujur tergambar dengan rapi. Ini adalah refleksi dari kompleksitas dan keindahan planet kita.

Miniatur bola dunia yang ada di Tugu Khatulistiwa Pontianak dibuat oleh seorang seniman Indonesia bernama F. Widayanto. Ia merancang dan membuat miniatur tersebut pada tahun 1990. Miniatur ini menggambarkan bentuk Bumi dengan garis Khatulistiwa yang memotongnya menjadi dua belahan, yaitu Belahan Utara dan Selatan. Miniatur ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi pengunjung Tugu Khatulistiwa untuk memahami konsep geografis dan astronomi yang terkait dengan garis Khatulistiwa.

Miniatur Bola Dunia di salah satu sudut area Tugu Khatulistiwa

Miniatur ini memiliki garis khatulistiwa yang jelas tergambar di atas permukaan. Ini adalah pengingat visual tentang garis imajiner yang membagi bumi menjadi dua belahan utara dan selatan. Menyaksikan garis khatulistiwa pada miniatur ini memberikan pandangan yang jelas tentang aspek geografis yang unik dan khusus dari tempat ini. Miniatur bola dunia ini tidak hanya menjadi objek lihat saja. Pengunjung dapat mengelilingi dan memeriksanya dari berbagai sudut. Ada rasa interaksi dengan miniatur ini, seperti membawa kita pada perjalanan virtual melintasi benua-benua dan samudra-samudra.

Miniatur Bola Dunia sebagai spot foto yang unik

Miniatur ini tidak hanya tentang geografi, tetapi juga mengandung unsur-unsur astronomi. Garis Khatulistiwa adalah garis imajiner yang sejajar dengan bidang ekliptika, di mana matahari tampak bergerak dalam perjalanan tahunan di langit. Miniatur ini membantu menjelaskan konsep ini secara visual. Terutama bagi anak-anak, miniatur bola dunia dapat menjadi alat edukatif yang efektif untuk mengajarkan mereka tentang konsep geografi dan astronomi dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.

Banyak pengunjung memilih untuk berfoto di dekat miniatur ini. Bagi saya dan (mungkin) bagi para pengunjung, berfoto di miniatur ini mampu menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Miniatur bola dunia ini menjadi latar belakang yang sempurna untuk momen-momen yang ingin diabadikan. Miniatur ini juga dapat mengirimkan pesan tentang pentingnya pemahaman akan geografi dan keterhubungan global. Ini mengajak kita untuk merenungkan tentang planet kita dan bagaimana kita berbagi ruang ini dengan semua makhluk di atasnya.

Miniatur Bola Dunia yang menggabungkan simbolisme, seni dan makna yang mendalam

Secara keseluruhan, miniatur bola dunia di Tugu Khatulistiwa bukan hanya sebuah objek visual menarik, tetapi juga alat pendidikan yang membantu pengunjung memahami konsep geografi dan astronomi dengan cara yang lebih nyata dan menarik. Bagi saya, miniatur bola dunia di area Tugu Khatulistiwa adalah cara yang indah untuk membawa pulang kenangan dari kunjungan ke tempat yang begitu berarti ini. Miniatur ini menggabungkan simbolisme, seni, dan makna yang mendalam dalam bentuk satu benda kecil yang akan diingat oleh para pengunjung yang berkunjung dan belajar di sini. (LZ)

Jumat, 04 Agustus 2023

EKSOTISME RUMAH RADAKNG, RUMAH ADAT DAYAK TERBESAR DI PONTIANAK

 

Rumah Radakng di Kota Pontianak Kalimantan Barat

Sore yang cerah, langit nampak berwarna biru dihiasi dengan awan kumulus berwarna putih yang menambah keindahan langit Pontianak kala itu. Selepas berkunjung ke Istana Kadariah Kesultanan Pontianak pada Kamis (20/07), saya bersama 3 orang dosen dari Universitas Papua berkunjung ke salah satu Rumah Tradisional khas Dayak di Pontianak. Orang Dayak menyebut rumah ini dengan istilah "Rumah Radakng". Kami biasa membaca tulisan tersebut dengan bacaan "Rumah Radang". Agak aneh bagi kami namanya, karena mirip dengan nama penyakit tenggorokan.

Rumah Radakng ini merupakan rumah suku Dayak Kayanatn terbesar yang ada di Kota Pontianak. Bangunan yang nampak di belakang foto saya tersebut memiliki panjang 138 meter, lebar 30 meter dan tinggi 7 meter. Modelnya yang memanjang, membuat rumah ini juga dijuluki dengan rumah panjang. Tidak hanya besar, tetapi halamannya juga sangat luas dengan landscape rerumputan hijau yang menambah keindahan rumah adat ini. Jaraknya tidak jauh dengan kampus UNTAN, kurang lebih 4,5 km. Jika kita mengendarai mobil, maka hanya butuh waktu sekitar 10 menit perjalanan.

Rumah Radakng yang panjang membentang dengan landscape rerumputan hijau

Rumah Radakng adalah rumah adat suku Dayak yang memukau dengan arsitektur khasnya. Terbuat dari kayu ulin yang kuat dan tahan lama, rumah ini memiliki bentuk unik dengan atap yang melengkung seperti perahu terbalik. Tidak hanya merupakan tempat tinggal, Rumah Radakng juga berfungsi sebagai pusat kehidupan sosial dan ritual suku Dayak. Rumah ini menjadi simbol keberagaman budaya dan kekayaan tradisional suku Dayak yang mendiami wilayah tersebut.

Rumah Radakng memiliki lantai panggung yang terbuat dari bambu dan dihiasi dengan motif ukiran yang indah di dalamnya. Hal ini mencerminkan seni dan keterampilan para penghuninya. Tidak ada pemisah dinding antara ruang tamu, dapur, dan kamar tidur, menggambarkan kebersamaan dan kesatuan masyarakat Dayak.

Rumah Radakng menjadi tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga dan komunitas. Di tengah rumah terdapat tiang utama yang disebut "sading," melambangkan pusat kehidupan dan identitas suku Dayak. Tradisi turun-temurun dan pengetahuan leluhur dijaga dengan sungguh-sungguh di Rumah Radakng. Cerita-cerita, lagu, tarian, dan mitos yang diceritakan secara lisan telah mengalir dari generasi ke generasi.

Arsitektur Rumah Radakng yang eksotis dan berbahan dasar alam

Selain menjadi tempat berteduh dan beristirahat, Rumah Radakng juga digunakan untuk berbagai upacara adat dan ritual suku Dayak. Salah satu ritual yang sering diadakan di sini adalah "Gawai Dayak," sebuah perayaan penting untuk menyambut panen baru, pertukaran budaya, serta berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan.

Rumah Radakng juga menyimpan kearifan lokal dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistem yang lestari. Suku Dayak telah hidup secara harmonis dengan alam sejak dahulu kala dan terus menjaga kelestariannya hingga sekarang. Sayangnya, seiring berjalannya waktu dan modernisasi, banyak Rumah Radakng yang telah digantikan oleh bangunan modern. Namun, beberapa komunitas masih berusaha mempertahankan warisan budaya ini sebagai bentuk identitas dan kebanggaan mereka.


Dokumentasi peresmian Rumah Radakng oleh Gubernur Cornelis pada tahun 2013

Miniatur rumah adat dayak ini berada di Komplek Perkampungan Budaya, Jalan Sutan Syahrir, Kota Baru Pontianak, Kalimantan Barat. Rumah panjang ini menjadi ikon Kota Pontianak, selain Tugu Khatulistiwa. Ikon baru ini diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis pada Tahun 2013.

Diresmikannya rumah adat oleh Gubernur Cornelis ini diharapkan menjadi simbol harapan bagi masyarakat Kalimantan Barat untuk terus menghargai dan melestarikan warisan budaya yang tak ternilai. Melalui peristiwa ini, kesadaran akan pentingnya menjaga identitas budaya dan kearifan lokal semakin kuat, dan diharapkan akan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus mencintai dan merawat akar budaya yang luhur.

Rumah Radakng, layaknya rumah adat yang lain, tidak lepas dengan makna filosofis dalam setiap arsitekturnya. Rumah radakng memiliki makna filosofis yang sangat mendalam dan mencerminkan kearifan lokal suku Dayak di Kalimantan Barat. Beberapa makna filosofisnya antara lain:
  1. Keharmonisan dengan Alam: Arsitektur Rumah Radakng yang terintegrasi dengan lingkungan alamnya mencerminkan keharmonisan antara manusia dan alam. Rumah ini dibangun dengan mempertimbangkan tata letak yang tepat, sirkulasi udara yang baik, dan bahan-bahan alami seperti kayu dan bambu. Ini menggambarkan sikap menghormati dan hidup selaras dengan alam yang menjadi aspek penting dalam kehidupan suku Dayak.
  2. Kebersamaan dan Solidaritas: Rumah Radakng yang memiliki ruang terbuka tanpa pemisah dinding mencerminkan nilai kebersamaan dan solidaritas dalam komunitas suku Dayak. Rumah ini merupakan tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga dan komunitas untuk berbagi cerita, tukar pikiran, serta merayakan momen penting seperti upacara adat dan perayaan bersama.
  3. Identitas Budaya: Rumah Radakng merupakan simbol identitas budaya suku Dayak. Bentuk dan desainnya yang unik menjadi ciri khas yang membedakan suku Dayak dengan budaya lain. Rumah ini mengandung nilai-nilai dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga memperkuat ikatan antaranggota komunitas dan mempertahankan jati diri suku Dayak.
  4. Keterhubungan dengan Leluhur: Rumah Radakng sering digunakan sebagai tempat untuk mengadakan upacara adat dan ritual keagamaan yang berhubungan dengan leluhur dan roh nenek moyang. Hal ini mencerminkan keyakinan dan penghormatan suku Dayak terhadap leluhur mereka serta keyakinan akan adanya keterhubungan spiritual dengan generasi sebelumnya.
  5. Keberlanjutan Budaya: Rumah Radakng sebagai rumah adat yang masih digunakan secara tradisional membawa makna filosofis tentang keberlanjutan budaya. Rumah ini menjadi medium untuk mempertahankan dan merawat kearifan lokal, seni, dan tradisi suku Dayak agar tetap hidup dan relevan di tengah-tengah perubahan zaman dan modernisasi.
Rumah Radakng dihiasi dengan patung burung

Patung burung dalam Rumah Radakng memiliki makna simbolis dan kultural yang dalam bagi suku Dayak. Burung sering kali dianggap sebagai simbol spiritual yang mempunyai peran penting dalam kehidupan dan kepercayaan masyarakat Dayak. Berikut beberapa makna patung burung dalam Rumah Radakng:
  1. Simbol Kehidupan dan Kebebasan: Burung sering dianggap sebagai simbol kehidupan dan kebebasan. Patung burung dalam Rumah Radakng dapat menggambarkan keinginan masyarakat Dayak untuk hidup dengan damai dan bebas, serta menghargai kehidupan alamiah yang ada di sekitar mereka.
  2. Simbol Pelindung dan Penghubung dengan Leluhur: Bagi suku Dayak, burung sering dianggap sebagai pelindung dan penjaga dari roh leluhur. Patung burung dalam Rumah Radakng dapat berfungsi sebagai penghubung antara manusia dan roh nenek moyang mereka, serta membawa perlindungan terhadap rumah dan anggota komunitasnya.
  3. Simbol Penerangan dan Panduan Rohani: Dalam kepercayaan Dayak, burung sering dianggap sebagai makhluk spiritual yang memiliki kemampuan untuk membawa pesan dari dunia roh. Patung burung dalam Rumah Radakng dapat dianggap sebagai penerangan dan panduan rohani bagi masyarakat, membantu dalam memahami dan menavigasi kehidupan dan alam batin mereka.
  4. Simbol Keterhubungan dengan Alam: Burung merupakan makhluk yang hidup bebas di alam liar dan memiliki keterhubungan erat dengan alam. Patung burung dalam Rumah Radakng mengingatkan masyarakat Dayak akan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dengan alam serta memahami dan menghargai peran penting burung dan makhluk lain dalam ekosistem.
  5. Simbol Mitologi dan Cerita Tradisional: Burung seringkali menjadi bagian penting dalam mitologi dan cerita tradisional suku Dayak. Patung burung dalam Rumah Radakng dapat merepresentasikan karakter-karakter dalam cerita-cerita tersebut, menghidupkan kembali dan mempertahankan aspek-aspek budaya lisan dari suku Dayak.
  6. Simbol Kekuatan dan Keindahan Seni: Patung burung dalam Rumah Radakng juga dapat dilihat sebagai ekspresi seni yang indah dan bermakna. Bentuk dan detail patung burung mencerminkan keahlian seni dan keterampilan tangan masyarakat Dayak, serta menghargai keindahan dalam estetika budaya mereka.
Perlu untuk diketahui bahwa makna patung burung dalam Rumah Radakng dapat bervariasi tergantung pada tradisi dan kepercayaan setiap kelompok suku Dayak. Meskipun ada makna umum yang sering terkait dengan simbolisme burung, penting bagi kita untuk menghormati dan memahami konteks budaya dan kepercayaan masyarakat setempat saat menginterpretasi simbol dan makna dari patung burung dalam Rumah Radakng.

Melalui Rumah Radakng ini, masyarakat suku Dayak menjaga dan menghargai nilai-nilai budaya, identitas, dan kearifan lokal mereka. Rumah adat ini menjadi lambang keberagaman dan kekayaan budaya Kalimantan Barat yang layak dijaga dan dilestarikan untuk masa depan generasi mendatang. (LZ)


Selasa, 01 Agustus 2023

MENELISIK INDAHNYA ISTANA KADARIAH DAN MASJID JAMI' KESULTANAN PONTIANAK

 

Halaman Istana Kadariah Kesultanan Pontianak Kalimantan Barat

Tugas dinas merupakan salah satu kesempatan yang benar-benar saya manfaatkan untuk mengenal destinasi wisata di Indonesia. Destinasi wisata yang saya maksud tidak harus destinasi wisata yang berupa tempat hiburan, namun juga wisata sejarah, religi, budaya, dan tak ketinggalan wisata kuliner.

Hari itu (20/07), selepas kegiatan pembukaan KKN Kebangsaan yang digelar di Stadion Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak Kalimantan Barat, saya bersama para tamu undangan dari berbagai PTN dan beberapa PTKN se-Indonesia dijamu oleh tuan rumah untuk menikmati hidangan khas Pontianak di Ruang Konferensi UNTAN. Sembari menikmati hidangan, kawan-kawan semeja dari kampus lain sempat membahas rencana mereka untuk berkeliling Pontianak mengunjungi beberapa tempat yang menjadi ikon Kota Pontianak. Rata-rata, perwakilan dari masing-masing PTN/PTKN yang mengantarkan mahasiswa adalah 3-5 orang, sementara saya sendirian mengantar mahasiswa. Namun, itu tak menjadi masalah bagi saya, karena saya sudah terbiasa untuk bepergian sendiri. Dalam hati, terbersit ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di Pontianak juga layaknya mereka.

Setelah selesai ramah-tamah, saya dan para tamu undangan diantar kembali ke penginapan, kebetulan saya menginap di Hotel Mercure yang jaraknya tidak jauh dari kampus UNTAN. Begitu sampai penginapan, saya bergegas untuk bersih-bersih, ganti baju, ganti sandal, menyiapkan tas slempang kecil yang biasanya saya gunakan untuk jalan-jalan, yang isinya cukup untuk memasukkan dompet, HP dan tongsis. Segera saya turun ke lobby hotel, memesan grab car, dan sekitar 5 menit kemudian grab car datang menjemput. Perjalanan kami tempuh kurang lebih 20 menit untuk bisa sampai ke komplek Istana Kadariah Kesultanan Pontianak.

Kemacetan di Jembatan Kapuas Kota Pontianak
Jembatan Kapuas Kota Pontianak

Saya begitu menikmati perjalanan menuju Istana. Kota Pontianak yang sangat bersih dan rapi membuat suasana menjadi makin indah. Setelah 5 menit perjalanan, saya melintasi Jembatan Kapuas, yakni jembatan yang hubungkan Kota Pontianak dengan beberapa kabupaten d Kalimantan Barat. Sebenarnya jarak Istana dengan penginapan cukup dekat, namun yang membuat perjalanan menjadi lama adalah ketika melintas di jembatan ini. Kemacetan kerap kali terjadi. Pasalnya, jembatan ini tidak terlalu lebar dan digunakan untuk dua arah. Mayoritas orang-orang yang melintas adalah orang-orang dari beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat yang mencari penghidupan di Kota Pontianak.

Sepanjang perjalanan, driver Grab bercerita bahwa setiap pagi dan sore jembatan ini selalu padat. Oleh sebab itu, sangat jarang sekali driver Grab Car yang mau melintas ke sana dengan alasan kemacetan tersebut. Oleh karena itu, jika ada wisatawan yang menginap di sekitar Kota Pontianak dan ingin berwisata di lokasi yang melintasi jembatan tersebut, siap-siap pulangnya akan kesulitan mencari grab. Hal ini karena di sekitar sana tidak ada Grab. Jadi, ketika kita memesan Grab dari sana, maka aplikasi Grab akan mencarikan driver dari kota Pontianak, dan rata-rata driver di Kota tidak akan mau ke sana. Saya pun langsung punya firasat buruk bahwa saya akan sulit untuk kembali lagi ke penginapan, karena akan kesulitan mencari grab dari sana. Pada akhirnya, firasat saya benar. Setalah perjalanan saya keliling istana dan Masjid Jami' selesai, saya mulai kesulitan memesan Grab Car. Untungnya, saat itu bertemu kawan-kawan dosen Universitas Papua yang juga ke Istana diantar oleh dosen UNTAN menggunakan mobil pribadi, dan saya meminta izin ke mereka agar bisa ikut kembali ke penginapan.

 
Interior Istana Kadariah Kesultanan Pontianak

Setelah perjalanan yang cukup padat menuju Istana, akhirnya saya tiiba di Istana. Saya menyapa dua penjaga Istana yang sedang duduk sambil ngopi di serambi Istana. Mereka berdua menghampiri saya, bertanya nama dan asalnya dari mana, sambil mengarahkan saya untuk mengisi buku tamu. Setelah selesai megisi buku tamu, saya disilahkan untuk memasuki Istana sambil ditemani oleh salah satu penjaga. Penjaga tersebut sekilas bercerita tentang sejarah dan perkembangan Kesultanan ini. Bagian dalam Istana ini dipenuhi dengan interior yang serba kuning dan hijau. Nampak beberapa foto dan silsilah keturunan Kesultanan dipajang di dinding. Tidak hanya itu, baju adat, senjata tradisional, dan beberapa koleksi kuno peninggalan Kesultanan lainnya juga dipajang.


Berdasarkan beberapa informasi yang saya dapatkan dari penjaga, dokumentasi istana, juga Ibu Permaisuri Ratu Laila (Istri Sultan Pontianak VIII), sejarah Istana Kadariah bermula pada abad ke-18 ketika Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang ulama dan tokoh agama asal Hadhramaut, Yaman, datang ke wilayah Pontianak pada tahun 1771. Ia kemudian mendirikan Kesultanan Pontianak dan menjadi Sultan pertama dengan gelar Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie I.

Istana Kadariah merupakan simbol kekuasaan dan keberadaan Kesultanan Pontianak yang kaya akan sejarah dan budaya. Bangunan istana ini memiliki arsitektur yang unik dengan sentuhan gaya Melayu dan Islam. Meskipun telah mengalami berbagai renovasi dan perbaikan sepanjang sejarahnya, tetapi ciri khas dan karakteristik gaya bangunan aslinya tetap dipertahankan.

Beberapa bagian dari Istana Kadariah yang menarik untuk dikunjungi antara lain:
  1. Balairung Seri (Aula Utama): Aula utama istana, di mana para penguasa Kesultanan Pontianak menerima tamu, mengadakan upacara, dan pertemuan penting lainnya. Balairung Seri dihiasi dengan ukiran-ukiran indah dan ornamen-ornamen tradisional yang mencerminkan kekayaan seni dan budaya Melayu.
  2. Ruangan Pangeran Muda: Ruangan ini menjadi tempat tinggal dan tempat kerja Pangeran Muda, yang merupakan gelar bagi pewaris tahta Kesultanan Pontianak.
  3. Perpustakaan: Istana Kadariah juga memiliki perpustakaan yang berisi koleksi buku-buku bersejarah dan manuskrip kuno tentang budaya dan sejarah Kesultanan Pontianak.
  4. Taman dan Kebun: Selain bangunan utamanya, Istana Kadariah juga dikelilingi oleh taman yang indah dan kebun yang hijau, menciptakan lingkungan yang nyaman dan menenangkan.
Hingga saat ini, Istana Kadariah telah menjadi salah satu objek wisata sejarah dan budaya yang penting di Pontianak. Wisatawan dapat mengunjungi istana ini untuk mengenal lebih dekat sejarah Kesultanan Pontianak serta mengagumi keindahan arsitektur dan seni tradisional yang terkandung dalam bangunannya.

Interior Istana Kadariah yang dihiasai dengan ornamen dan pajangan di dinding

Arsitektur Istana Kadariah di Pontianak mencerminkan pengaruh gaya Melayu dan Islam yang kental. Bangunan tersebut dibangun dengan material kayu dan dihiasi dengan ukiran-ukiran artistik yang rumit. Dinding dan atap istana sering dihiasi dengan hiasan geometris dan flora, menciptakan sebuah tampilan yang megah dan khas gaya arsitektur Melayu.

Sebagai bangunan yang merupakan pusat pemerintahan dan tempat kediaman keluarga kerajaan, arsitektur Istana Kadariah juga menggambarkan kekuasaan, keagungan, dan kemakmuran Kesultanan Pontianak pada masa lalu. Nilai filosofis yang melekat dalam arsitektur Istana Kadariah antara lain:

  1. Simbol Kekuasaan: Bentuk dan desain yang megah mencerminkan otoritas dan kekuasaan sultan sebagai penguasa tertinggi Kesultanan Pontianak. Bangunan tersebut juga mengkomunikasikan keberadaan institusi pemerintahan yang kuat dan stabil.
  2. Penghormatan Terhadap Tradisi: Istana Kadariah merupakan simbol penting dari warisan budaya dan sejarah Kesultanan Pontianak. Keberadaan dan pemeliharaan arsitektur Melayu-Islam di dalamnya menunjukkan penghormatan terhadap tradisi dan nilai-nilai leluhur.
  3. Keharmonisan dengan Alam: Beberapa elemen arsitektur tradisional Melayu seperti atap yang melengkung dan penggunaan kayu menunjukkan keterkaitan bangunan dengan alam sekitar. Filosofi ini mencerminkan pentingnya keberadaan manusia dalam keseimbangan dengan lingkungan alaminya.
  4. Simbol Identitas Budaya: Arsitektur Istana Kadariah mencerminkan identitas budaya Melayu dan Islam yang khas dari wilayah Kalimantan Barat. Bangunan tersebut menjadi simbol kebanggaan dan jati diri bagi masyarakat setempat.
Nilai-nilai filosofis ini memiliki arti penting dalam memahami makna dan peran arsitektur Istana Kadariah di dalam konteks sejarah dan budaya Kesultanan Pontianak. Pengenalan nilai-nilai ini juga dapat memberikan wawasan lebih dalam tentang bagaimana arsitektur dapat menjadi cermin dari budaya dan peradaban suatu masyarakat.

Masjid Jami' Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak

Setelah puas berkeliling Istana, berikutnya saya mulai menuju Masjid Jami' Kesultanan Pontianak yang letaknya tidak jauh dari Istana. Masjid Jami Istana Kadariah, juga dikenal sebagai Masjid Raya Mujahidin, adalah salah satu masjid yang bersejarah di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini terletak di kompleks Istana Kadariah dan merupakan salah satu bangunan bersejarah yang mencerminkan nilai budaya, agama, dan sejarah Kesultanan Pontianak.

Sejarah Masjid Jami Istana Kadariah Pontianak dimulai pada masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie I. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-19 sebagai pusat ibadah utama bagi keluarga kerajaan dan masyarakat sekitar. Arsitektur masjid mencerminkan gaya arsitektur Melayu-Islam yang kental pada waktu itu.

Perkembangan selanjutnya pada masjid ini terjadi di masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad Alkadrie pada pertengahan abad ke-19. Pada masa ini, Masjid Jami Istana Kadariah mengalami renovasi besar-besaran yang memperluas bangunannya dan menambahkan beberapa sentuhan arsitektur baru.

Masjid ini menjadi pusat aktivitas keagamaan dan kebudayaan di wilayah Pontianak. Selain digunakan untuk salat lima waktu dan ibadah Jumat, masjid juga digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara keagamaan dan perayaan Hari Raya Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

Selama masa kolonial Belanda, Kesultanan Pontianak mengalami penurunan kekuasaan dan wilayahnya sempit. Meskipun demikian, Masjid Jami Istana Kadariah tetap berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan menjadi lambang keteguhan dan keberlanjutan agama Islam di wilayah tersebut.Seiring berjalannya waktu dan pergantian penguasa, Masjid Jami Istana Kadariah terus mengalami perawatan dan renovasi untuk menjaga keaslian dan integritas arsitektur aslinya. Masjid ini juga menjadi tujuan wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional yang tertarik untuk memahami sejarah dan budaya Kesultanan Pontianak.

Sebagai sebuah landmark penting, Masjid Jami Istana Kadariah Pontianak menjadi simbol bersejarah yang menggambarkan peran penting Islam dalam pembentukan sejarah dan budaya di wilayah Kalimantan Barat. Arsitektur Masjid Sultan Syarif Abdurrahman di Pontianak memiliki banyak makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai agama, budaya, dan sejarah. Berikut adalah beberapa makna filosofis dari arsitektur masjid ini:

  1. Simbol Kebesaran Allah: Arsitektur masjid ini mencerminkan simbol kebesaran Allah SWT. Kubah besar, menara, dan bentuk bangunan yang megah menggambarkan keagungan dan kebesaran Tuhan. Kubah pada masjid ini biasanya dibuat melengkung ke atas, mencerminkan sifat-Nya yang tinggi dan mulia.
  2. Harmoni dan Keseimbangan: Masjid Sultan Syarif Abdurrahman didesain dengan memperhatikan prinsip harmoni dan keseimbangan. Proporsi dan simetri yang tepat dalam desain bangunan menciptakan suasana yang tenang dan damai. Filosofi ini mencerminkan pentingnya mencari keseimbangan dalam hidup dan hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta.
  3. Penghormatan terhadap Budaya Melayu: Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Melayu dan Islam. Kedua gaya ini dipadukan dengan harmonis, menggambarkan keselarasan dan kesatuan antara budaya lokal dengan nilai-nilai agama Islam.
  4. Tempat Persatuan dan Kebhinekaan: Sebagai masjid besar di Pontianak, masjid ini menjadi tempat persatuan dan kebhinekaan. Umat Muslim dari berbagai latar belakang etnis dan budaya berkumpul di sini untuk beribadah dan merayakan peristiwa keagamaan bersama. Hal ini mencerminkan nilai pentingnya persatuan dan toleransi dalam masyarakat yang beragam.
  5. Warisan Sejarah dan Identitas Budaya: Masjid Sultan Syarif Abdurrahman merupakan bagian dari warisan sejarah dan identitas budaya Kesultanan Pontianak. Masjid ini menjadi simbol penting dari peradaban dan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
  6. Tempat Pembelajaran dan Pendidikan: Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga digunakan sebagai tempat pembelajaran agama dan pusat pendidikan. Masjid sering menjadi tempat pengajaran Al-Quran, tafsir, dan ilmu agama lainnya, mencerminkan makna filosofis sebagai pusat pengetahuan dan spiritualitas.
  7. Simbol Kedermawanan: Masjid Sultan Syarif Abdurrahman juga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti pemberian makanan kepada fakir miskin dan kegiatan amal lainnya. Ini mencerminkan nilai-nilai kedermawanan dan kepedulian sosial dalam agama Islam.
Dengan begitu banyak makna filosofis yang tertanam dalam arsitektur Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, bangunan ini menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol keagungan, kebersamaan, dan warisan budaya dan sejarah yang bernilai tinggi bagi masyarakat Pontianak dan seluruh Indonesia.

AWAL PERTAMA TINGGAL DI TULUNGAGUNG DAN SERUNYA BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL TAMANAN TULUNGAGUNG

Saya dan Zidan (anak saya) di Alun-Alun Tulungagung saat masih seminggu tinggal di Tulungagung,   dan Zidan masih berumur 1 tahun Sudah menj...