Senin, 07 April 2025

DARI SILATURAHMI KE SILATURILMIYAH: LEBARAN, RELASI, DAN RENUNGAN PENELITI-PENGABDI

 DARI SILATURAHMI KE SILATURILMIYAH:

LEBARAN, RELASI, DAN RENUNGAN PENELITI-PENGABDI


Setiap kali pulang lebaran ke kampung halaman, ada satu momen yang tak pernah gagal mengetuk kesadaran saya. Saat duduk di beranda rumah orang tua, ditemani suara takbir dari surau kecil di tengah gang kampung dan masjid-masjid sekitar, saya sering terdiam lama dan merenung. Bukan karena lelah perjalanan, tapi karena ada sesuatu yang lebih dalam yang hadir dalam diri, yakni "rasa pulang".

Bagi saya, pulang tidak hanya sekedar ritual kembali ke rumah, tetapi juga ruang batin tempat kita mengeja ulang makna dari apa yang selama ini kita jalani. Termasuk pekerjaan yang setiap hari  saya jalani, baik sebagai Kepala Pusat Penelitian di LP2M, maupun sebagai peneliti sekaligus dosen.

Lebaran selalu membawa kita kembali pada akar, yakni: rumah, keluarga, dan kenangan. Namun, bagi kami para peneliti, lebaran juga mengingatkan pada makna kembali dalam dimensi yang lebih luas, yakni kembali pada niat awal, pada pertanyaan-pertanyaan dasar, pada relasi-relasi yang selama ini menopang kerja intelektual kita.

Pada momen lebaran, di antara obrolan hangat bersama tetangga, sapaan akrab dari para sepupu, hingga senyum malu-malu anak kecil yang saya temui di jalan kampung, membawa saya pada sebuah kesadaran bahawa sejatinya riset dan pengabdian tidak hanya tentang jurnal, angka sitasi, atau proposal hibah penelitian dan pengabdian. Tetapi tentang manusia. Tentang bagaimana ilmu bisa menjadi jembatan—bukan tembok—bagi mereka yang mungkin tak pernah duduk di ruang seminar atau membaca paper akademik.

Jika dikaitkan dengan momen lebaran, riset dan pengabdian sejatinya bukan hanya produk akademik, melainkan jalinan silaturahmi pengetahuan dengan masyarakat, dengan sumber-sumber kebijaksanaan, dan dengan sesama peneliti lintas disiplin. Riset lahir dari kegelisahan, tumbuh dari kolaborasi, dan bermuara pada kemaslahatan dengan menjadikan hasil riset sebagai basis pengabdian.

Seperti halnya lebaran yang meneguhkan kembali relasi sosial dan emosional, penelitian pun perlu senantiasa ditopang oleh etika keterhubungan, seperti: empati pada subjek penelitian, keterbukaan dalam dialog metodologis, serta tanggung jawab sosial terhadap dampak dari hasil riset kita.

Pada momen lebaran ini, saya belajar lagi bahwa kerja penelitian dan pengabdian sejatinya adalah kerja silaturahmi. Menghubungkan gagasan dengan kebutuhan masyarakat. Mengurai masalah dengan empati. Dan menghadirkan ilmu yang membumi, yang bisa dirasakan manfaatnya di ruang-ruang paling sederhana, seperti: di surau, di toko, di lumbung, di ruang tamu rumah-rumah kecil yang penuh harapan.

Lebaran membuat saya sadar, bahwa penelitian dan pengabdian bukan hanya semata urusan institusi, tetapi urusan hati dan relasi. Hasil penelitian dan pengabdian harus berpulang kepada masyarakat—kepada suara-suara kecil yang kerap tak terdengar di ruang akademik. Di sanalah tempat sejati ilmu menemukan wajahnya yang paling manusiawi.

Lebaran mengajarkan kepada saya bahwa sejatinya pulang adalah bagian penting dari perjalanan intelektual. Tanpa pulang, kita mungkin lupa untuk apa dan untuk siapa ilmu ini diperjuangkan.

Di tengah suasana lebaran yang hangat ini, saya mengajak rekan-rekan peneliti dan pengabdi untuk merayakan lebaran, yang tidak hanya sebagai kemenangan spiritual, tapi juga sebagai momen memperbarui komitmen kita terhadap kebermanfaatan ilmu. Mungkin inilah saatnya kita bertanya, "kepada siapa ilmu ini kita tujukan? Sudahkah hasilnya menjangkau mereka yang terpinggirkan? Sudahkah hasil riset dan pengabdian kita menjadi jembatan, bukan sekedar menara gading?"

Mari, jadikan pulang tidak hanya sekedar tradisi tahunan yang tanpa makna, tapi juga kesadaran epistemik—bahwa kita perlu terus kembali, menyapa realitas, dan menyulam pengetahuan dari denyut kehidupan yang nyata. Semoga silaturahmi kita menjadi silaturilmiyah yang berkelanjutan, dari desa ke kampus, dari masyarakat ke manuskrip, dari suara-suara kecil ke kebijakan besar.


Selamat Idulfitri 1446 H
Taqabbalallahu minna wa minkum


Salam Hangat,

Lailatuzz Zuhriyah

Kepala Pusat Penelitian LP2M UIN SATU Tulungagung
Sekretaris Forum Kapuslit PTKIN



Skripsi Instan Menjelang Deadline: Refleksi dan Tawaran Perbaikan Manajemen Bimbingan Akademik

  "Sinergi yang baik antara sistem, budaya akademik, dan juga kebijakan kelembagaan yang adaptif, akan dapat menciptakan iklim bimbinga...