Minggu, 09 April 2023

DIREKTUR PTKI TEKANKAN EVENT PWN PTK XVI HARUS BERMAKNA DAN BERDAMPAK



Gorontalo—Perkemahan Wirakarya Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan (PWN PTK) dan Olimpiade Agama, Sains dan Riset (OASE) akan segera digelar kembali oleh Dirjen Pendis Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat PTKI tahun 2023 ini. Sesuai jadwal yang telah disepakati bersama dalam Rakor Persiapan PWN PTK XVI dan OASE PTKI II Tahun 2023 yang dilaksanakan secara online via Zoom, Minggu (12/03), bahwa PWN PTK XVI akan dilaksanakan tanggal 22-27 Mei 2023 di IAIN Sultan Amai Gorontalo, dan OASE II akan dilaksanakan tanggal 14-17 Juni 2023 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berbagai persiapan terus dilakukan oleh Panitia Pusat maupun lokal Perguruan Tinggi yang ditunjuk. Dalam rangka mematangkan persiapan pelaksanaan PWN PTK XVI dan OASE II, Direktur PTKI mengundang Panitia Pusat, Panitia Daerah, para Wakil Rektor/Wakil Ketua III PTK, dan perwakilan Pembina Gugus Depan PTK untuk melaksanakan Rapat Koordinasi Pelaksanaan PWN PTK XVI Tahun 2023 di IAIN Gorontalo pada tanggal 9-11 April 2023. Tentu saja pembahasannya tidak hanya seputar persiapan pelaksanaan PWN PTK XVI, tetapi juga membahas tentang persiapan OASE II.

Pembukaan Rapat Koordinasi yang digelar di Hotel Grand Q Kota Gorontalo tanggal 9 April 2023 ini berlangsung dengan khidmat. Kegiatan diawali dengan pembukaan, dengan membaca ummul kitab. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Sebelum laporan kegiatan disampaikan oleh Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan, Zulpan Syarif Supriadi Hasibuan, peserta Rakor dihibur dengan penampilan Tari Saronde yang dibawakan oleh mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Dalam laporannya, Kasubdit Sarpras dan kemahasiswaan  menyampaikan bahwa tujuan digelarnya kegiatan ini adalah untuk mendengarkan dan mengetahui progress persiapan pelaksanaan PWN PTK XVI dari Tuan Rumah. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mereview dan melakukan finalisasi Juknis dan Juklak yang telah disusun beberapa waktu yang lalu. Hal yang tak kalah penting dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menyusun ToR dan RAB PWN PTK XVI yang belum selesai dirumuskan mengingat hingga saat ini anggaran tersebut masih diblokir. Penyusunan ToR dan RAB ini begitu penting karena menjadi salah satu syarat agar bisa dilakukan pembukaan blokir, revisi anggaran dan proses memasukkan anggaran tersebut dalam RKAKL IAIN Sultan Amai Gorontalo. Selain beberapa tujuan tersebut, Zulpan juga menyampaikan bahwa Rakor kali ini juga dilakukan dalam rangka meninjau lokus PWN PTK XVI yang berlokasi di Kampus II IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Wakil Rektor/Wakil Ketua III PTKIN, Abdul Rozaki menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada IAIN Sultan Amai Gorontalo yang telah bersedia menjadi Tuan Rumah dan berkomitmen serta bersungguh-sungguh dalam menyiapkan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. “Dengan terpilihnya IAIN Sultan Amai Gorontalo sebagai Tuan Rumah, diharapkan peserta PWN dapat menyapa bagian Timur Indonesia melalui Gorontalo”, terang Rozaki.

“Setidaknya ada 3 nilai penting dalam Pramuka yang perlu kita ketahui. Satu, kita kembali kepada jati diri kita sebagai manusia. Ada 10 nilai yang ada dalam Dasa Dharma yang mengingatkan kepada kita sebagai manusia agar memiliki pemikiran yang jernih dan memiliki jiwa yang religius. Implikasi dari nilai ini, sejatinya relate dengan nilai/pilar yang kedua, yakni kita makin mencintai alam ini. Melalui Pramuka, kita berupaya kembali kepada jati diri kita sebagai manusia dengan menjaga dan melestarikan alam ini, serta menjadikannya sebagai rumah bersama. Nilai yang ketiga dari kegiatan Pramuka yang paling penting adalah bagaimana kita dapat merawat nilai kemanusiaan kita dan hubungan kita dengan alam. Melalui PWN ini diharapkan dapat mengembalikan marwah kemanusiaan kita”, pungkas Rozaki.

Sebagai Tuan Rumah, Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, Zulkarnain Suleman, berkesempatan menyampaikan welcome speech kepada peserta Rakor. Dalam sambutannya, Zulkarnain menyampaikan ucapan selamat datang kepada para peserta Rakor di Kota Serambi Madinah yang mayoritas penduduknya Muslim. “Karena mayoritas Muslim, maka hampir tidak ada makanan yang tidak halal di Gorontalo, orang-orang tidak ada yang berani membuka kuliner yang non-halal di sini, karena bisa dipastikan tidak akan ada yang mau membeli. Kalau pun ada, hanya sedikit sekali yang membeli. Oleh karena itu, makanan di Gorontalo aman dari sisi kehalalannya, paling cuma pedas saja yang menjadi masalah, karena tidak semua orang di luar Gorontalo suka pedas”, terangnya.

Zulkarnain merasa bangga karena IAIN Sultan Amai Gorontalo ditunjuk langsung oleh Menteri sebagai Tuan Rumah. “Sebagai tuan rumah yang baik, kami berupaya memberikan suguhan-suguhan terbaik kepada para Bapak/Ibu sekalian. Kami dan tim Reka Kerja, baik yang di Pusat maupun yang di Daerah berupaya untuk menyiapkan dengan sebaik mungkin kegiatan ini. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan akan ada celah kekurangan dan kekhilafannya. Oleh karena itu, melalui Rakor ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan terbaik untuk kami dalam melaksanakan kegiatan PWN ini”, tutur Zulkarnain.

Saat ini, IAIN Sultan Amai Gorontalo sedang menyiapkan alih status dari IAIN ke UIN. Berbagai upaya dilakukan agar persyaratan alih status tersebut bisa segera terlengkapi, dan harapannya di tahun ini juga bisa segera menjadi UIN. Saat ini, kekurangan persyaratan alih status tersebut adalah kurangnya satu prodi unggul dan kurang satu Guru Besar saja. Zulkarnain dalam sambutan penutupnya menyampaikan bahwa jika IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun depan masih dipercaya untuk menjadi tuan rumah event-event nasional, harapannya IAIN akan sudah berubah menjadi UIN.

Dalam kegiatan Rakor ini, Direktur PTKI, Ahmad Zainul Hamdi yang akrab dipanggil Inung, hadir untuk menyampaikan sambutan, arahan sekaligus membuka secara resmi kegiatan Rakor. Dalam sambutannya, Inung menyampaikan beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian utama para peserta Rakor.

Kegiatan PWN PTK merupakan event besar nasional. Oleh karena itu, kegiatan ini membutuhkan anggaran yang sangat besar. Berdasarkan informasi yang digali Inung melalui Subdit Sarpras dan Kemahasiswaan, setidaknya dana pendamping yang disiapkan oleh Tuan Rumah sekitar 1 Milyar Rupiah, dan kemungkinan bisa lebih dari itu, hingga 2 Milyar. Sementara dana yang disiapkan dari pusat sekitar 2-3 Milyar, dan saat ini masih diblokir.

Dalam sambutannya, Inung mengajak peserta Rakor untuk merenungkan, “kegiatan PWN PTK membutuhkan anggaran yang begitu besar sekali, setidaknya anggaran pendamping dari Tuan Rumah ditambah dengan anggaran Pusat, membutuhkan alokasi anggaran kurang lebih 5 Milyar. Kemudian ditambah dengan anggaran yang dikeluarkan oleh masing-masing Satker PTK yang mengikuti event ini, maka kira-kira kurang lebih 10 Milyar anggaran yang digelontorkan untuk kegiatan ini. Pertanyaannya adalah, uang sebesar 10 Milyar itu untuk apa? Jawaban pertanyaan ini perlu difikirkan dan itu penting menurut saya. Apakah ini untuk membiayai kegiatan tiga hari tiga malam hanya untuk sekedar tepuk tangan? Ataukah kita perlu berfikir lebih dari sekedar itu? Toh, dalam Dasa Dharma Pramuka, hanya ada satu item yang memuat tentang kegembiraan, di nomor yang ke-6, yakni: rajin, terampil dan gembira. Selebihnya tidak, silahkan buka kembali Dasa Dharma Pramuka ”, jelasnya.

Lebih lanjut Inung mengatakan bahwa pemilihan IAIN Sultan Amai Gorontalo sebagai Tuan Rumah PWN PTK XVI dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Tuan Rumah OASE II adalah bukan hasil pemilihan dari dirinya, Pak Zulpan, maupun Pak Amir selaku Kasi Kemahasiswaan. Tetapi, ini murni keputusan langsung dari Gusmen saat dirinya menghadap Gusmen dan konsultasi terkait dengan pemilihan Tuan Rumah dari dua event besar nasional tersebut.

Lebih jauh Inung mengajak Rektor dan peserta Rakor untuk merenungkan, “Jika IAIN Sultan Amai Gorontalo tidak menjadi tuan rumah PWN, uang sebesar 2 Milyar tersebut kemudian diinvestasikan sedemikian rupa untuk membuat 1 saja prodi unggul, dan satu saja Guru Besar, bisa tidak (diwujudkan untuk melengkapi kekurangan persyaratan alih status ke UIN)? Pasti bisa!. Lalu, untuk apa kita menginvestasikan uang sebesar itu untuk PWN kalau tidak lebih bermakna dari itu? Jadi, (PWN ini) harus lebih bermakna! Apalagi jumlahnya sepuluh Milyar jika kita buat total semua anggarannya. Jadi, (kegiatan yang menghabiskan anggaran) sepuluh Milyar itu harus lebih bermakna, jangan hanya sekedar pindah tidur saja di kemah dan tanpa makna! Tolong ini difikirkan bagaimana agar kemasan kegiatan ini nanti bisa bermakna dan berdampak”, tegas Inung.

“Sekedar perbandingan saja (antara PWN dengan kegiatan lain), misalkan kegiatan OASE, yang membutuhkan dana yang kurang lebih sama, mahasiswa yang kita danai dan mereka pulang membawa sertifikat kejuaraan, bisa digunakan untuk menunjang akreditasi. Kemudian ada lagi, yakni PESONA, mahasiswa yang pulang dan membawa sertifikat kejuaraan, bisa digunakan untuk menunjang akreditasi juga. AICIS juga demikian, tulisan dosen yang terpublish, bahkan saya minta AICIS tahun ini agar berbeda degan AICIS sebelumnya. AICIS tahun ini harus melibatkan seluruh jurnal internasional terakreditasi yang dimiliki oleh PTKIN untuk terlibat dalam menyortir naskah. Sehingga seluruh naskah yang terpilih di AICIS, potensial untuk terbit di jurnal internasional terakreditasi. Sehingga hasil AICIS ini juga berdampak”, kata Inung.

Lebih lanjut, Inung meminta kepada Pak Zulpan, Pak Amir, Rektor dan peserta Rakor agar merenungkan kembali, bagaimana agar kegiatan PWN PTK menjadi bermakna dan berdampak. Untuk itu, Inung menghimbau agar peserta Rakor merenungkan dan merumuskan daily rundown yang ada dalam kegiatan PWN PTK itu nanti meliputi kegiatan apa saja? Kemudian menganalisis apakah kegiatan yang membutuhkan anggaran besar tersebut nanti bermakna dan berdampak atau tidak? “Minimal, kegiatan PWN PTK yang berlangsung kurang lebih seminggu itu harus berdampak kepada masyarakat sekitar lokasi PWN PTK, setidaknya memberikan keuntungan ekonomis dengan kehadiran kegiatan ini, pastikan itu! Pastikan agar hadirnya kegiatan PWN PTK ini memberikan makna kepada orang lain”, tegas Inung.

“Saya membayangkan bagaimana jika peserta PWN PTK yang jumlahnya ribuan itu dapat membuat semacam deklarasi, yang deklarasi itu bisa kita blow up secara besar-besaran di media, dan kemudian itu menjadi suara yang kita desahkan, itu menurut saya juga luar biasa! Masa Orde Baru, barangkali Pramuka belum begitu nampak perannya. Namun, pasca reformasi, orang mulai menyadari bahwa ternyata Pramuka di sekolah-sekolah menengah, mulai dari SMP hingga SMA, juga di Perguruan Tinggi, merupakan unit kegiatan siswa atau kemahasiswaan yang paling tidak bisa diintervensi oleh kelompok-kelompok Islam garis keras. (melihat fenomena ini) pada akhirnya kemudian orang-orang yang dulu kurang suka dengan Pramuka, mulai merevitalisasi Pramuka menjadi salah satu bagian dari kekuatan yang bisa kita gunakan untuk memastikan bahwa Indonesia adalah sebagai rumah bersama”, harap Inung.

Lebih lanjut Inung mengatakan, “saat ini muncul kelompok-kelompok orang yang memainkan isu sentimen agama untuk mengkotak-kotak Indonesia. Selain itu, menjelang politic electoral, banyak orang yang selalu memainkan politik identitas. Maka, menurut saya, ini adalah saatnya untuk Pramuka bersuara, bahwa dia adalah salah satu garda terdepan untuk menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama dan melawan politik identitas yang memecah belah, melawan sentimen keagamaan yang selalu meletakkan Indonesia dan keislaman kita sebagai dua pilihan yang diperhadapkan, dengan pertanyaan apakah kamu cinta Islam atau cinta Indonesia? Kita hari ini akan berupaya membangun Pramuka bersama, dan dengan lantang menyatakan bahwa kita semakin Islam, (kita juga) semakin mencintai Indonesia, memajukan Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama. Coba (apa yang terjadi) kalau kita membuat deklarasi yang sehebat ini?”.

“Coba jika dalam PWN kita bisa melakukan kegiatan yang bermakna, menjahit pecahan-pecahan sosial, maka mari kita lakukan itu agar - sekali lagi uang yang milyaran itu - bisa bermakna dan berdampak. Barangkali dengan hadirnya PWN PTK, Pak Rektor berkorban uang dua milyar dan menunda untuk tidak mengunggulkan satu Prodi dulu, dan tidak menggurubesarkan satu orang dulu agar bisa segera beralih status ke UIN, setidaknya ada kompensasi lain yang tidak kalah hebat dan bermanfaat dari PWN ini!”, Pungkas Inung.

Lailatuzz Zuhriyah

Pembina Pramuka UIN SATU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AWAL PERTAMA TINGGAL DI TULUNGAGUNG DAN SERUNYA BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL TAMANAN TULUNGAGUNG

Saya dan Zidan (anak saya) di Alun-Alun Tulungagung saat masih seminggu tinggal di Tulungagung,   dan Zidan masih berumur 1 tahun Sudah menj...