Selasa, 01 Agustus 2023

MENELISIK INDAHNYA ISTANA KADARIAH DAN MASJID JAMI' KESULTANAN PONTIANAK

 

Halaman Istana Kadariah Kesultanan Pontianak Kalimantan Barat

Tugas dinas merupakan salah satu kesempatan yang benar-benar saya manfaatkan untuk mengenal destinasi wisata di Indonesia. Destinasi wisata yang saya maksud tidak harus destinasi wisata yang berupa tempat hiburan, namun juga wisata sejarah, religi, budaya, dan tak ketinggalan wisata kuliner.

Hari itu (20/07), selepas kegiatan pembukaan KKN Kebangsaan yang digelar di Stadion Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak Kalimantan Barat, saya bersama para tamu undangan dari berbagai PTN dan beberapa PTKN se-Indonesia dijamu oleh tuan rumah untuk menikmati hidangan khas Pontianak di Ruang Konferensi UNTAN. Sembari menikmati hidangan, kawan-kawan semeja dari kampus lain sempat membahas rencana mereka untuk berkeliling Pontianak mengunjungi beberapa tempat yang menjadi ikon Kota Pontianak. Rata-rata, perwakilan dari masing-masing PTN/PTKN yang mengantarkan mahasiswa adalah 3-5 orang, sementara saya sendirian mengantar mahasiswa. Namun, itu tak menjadi masalah bagi saya, karena saya sudah terbiasa untuk bepergian sendiri. Dalam hati, terbersit ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di Pontianak juga layaknya mereka.

Setelah selesai ramah-tamah, saya dan para tamu undangan diantar kembali ke penginapan, kebetulan saya menginap di Hotel Mercure yang jaraknya tidak jauh dari kampus UNTAN. Begitu sampai penginapan, saya bergegas untuk bersih-bersih, ganti baju, ganti sandal, menyiapkan tas slempang kecil yang biasanya saya gunakan untuk jalan-jalan, yang isinya cukup untuk memasukkan dompet, HP dan tongsis. Segera saya turun ke lobby hotel, memesan grab car, dan sekitar 5 menit kemudian grab car datang menjemput. Perjalanan kami tempuh kurang lebih 20 menit untuk bisa sampai ke komplek Istana Kadariah Kesultanan Pontianak.

Kemacetan di Jembatan Kapuas Kota Pontianak
Jembatan Kapuas Kota Pontianak

Saya begitu menikmati perjalanan menuju Istana. Kota Pontianak yang sangat bersih dan rapi membuat suasana menjadi makin indah. Setelah 5 menit perjalanan, saya melintasi Jembatan Kapuas, yakni jembatan yang hubungkan Kota Pontianak dengan beberapa kabupaten d Kalimantan Barat. Sebenarnya jarak Istana dengan penginapan cukup dekat, namun yang membuat perjalanan menjadi lama adalah ketika melintas di jembatan ini. Kemacetan kerap kali terjadi. Pasalnya, jembatan ini tidak terlalu lebar dan digunakan untuk dua arah. Mayoritas orang-orang yang melintas adalah orang-orang dari beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat yang mencari penghidupan di Kota Pontianak.

Sepanjang perjalanan, driver Grab bercerita bahwa setiap pagi dan sore jembatan ini selalu padat. Oleh sebab itu, sangat jarang sekali driver Grab Car yang mau melintas ke sana dengan alasan kemacetan tersebut. Oleh karena itu, jika ada wisatawan yang menginap di sekitar Kota Pontianak dan ingin berwisata di lokasi yang melintasi jembatan tersebut, siap-siap pulangnya akan kesulitan mencari grab. Hal ini karena di sekitar sana tidak ada Grab. Jadi, ketika kita memesan Grab dari sana, maka aplikasi Grab akan mencarikan driver dari kota Pontianak, dan rata-rata driver di Kota tidak akan mau ke sana. Saya pun langsung punya firasat buruk bahwa saya akan sulit untuk kembali lagi ke penginapan, karena akan kesulitan mencari grab dari sana. Pada akhirnya, firasat saya benar. Setalah perjalanan saya keliling istana dan Masjid Jami' selesai, saya mulai kesulitan memesan Grab Car. Untungnya, saat itu bertemu kawan-kawan dosen Universitas Papua yang juga ke Istana diantar oleh dosen UNTAN menggunakan mobil pribadi, dan saya meminta izin ke mereka agar bisa ikut kembali ke penginapan.

 
Interior Istana Kadariah Kesultanan Pontianak

Setelah perjalanan yang cukup padat menuju Istana, akhirnya saya tiiba di Istana. Saya menyapa dua penjaga Istana yang sedang duduk sambil ngopi di serambi Istana. Mereka berdua menghampiri saya, bertanya nama dan asalnya dari mana, sambil mengarahkan saya untuk mengisi buku tamu. Setelah selesai megisi buku tamu, saya disilahkan untuk memasuki Istana sambil ditemani oleh salah satu penjaga. Penjaga tersebut sekilas bercerita tentang sejarah dan perkembangan Kesultanan ini. Bagian dalam Istana ini dipenuhi dengan interior yang serba kuning dan hijau. Nampak beberapa foto dan silsilah keturunan Kesultanan dipajang di dinding. Tidak hanya itu, baju adat, senjata tradisional, dan beberapa koleksi kuno peninggalan Kesultanan lainnya juga dipajang.


Berdasarkan beberapa informasi yang saya dapatkan dari penjaga, dokumentasi istana, juga Ibu Permaisuri Ratu Laila (Istri Sultan Pontianak VIII), sejarah Istana Kadariah bermula pada abad ke-18 ketika Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang ulama dan tokoh agama asal Hadhramaut, Yaman, datang ke wilayah Pontianak pada tahun 1771. Ia kemudian mendirikan Kesultanan Pontianak dan menjadi Sultan pertama dengan gelar Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie I.

Istana Kadariah merupakan simbol kekuasaan dan keberadaan Kesultanan Pontianak yang kaya akan sejarah dan budaya. Bangunan istana ini memiliki arsitektur yang unik dengan sentuhan gaya Melayu dan Islam. Meskipun telah mengalami berbagai renovasi dan perbaikan sepanjang sejarahnya, tetapi ciri khas dan karakteristik gaya bangunan aslinya tetap dipertahankan.

Beberapa bagian dari Istana Kadariah yang menarik untuk dikunjungi antara lain:
  1. Balairung Seri (Aula Utama): Aula utama istana, di mana para penguasa Kesultanan Pontianak menerima tamu, mengadakan upacara, dan pertemuan penting lainnya. Balairung Seri dihiasi dengan ukiran-ukiran indah dan ornamen-ornamen tradisional yang mencerminkan kekayaan seni dan budaya Melayu.
  2. Ruangan Pangeran Muda: Ruangan ini menjadi tempat tinggal dan tempat kerja Pangeran Muda, yang merupakan gelar bagi pewaris tahta Kesultanan Pontianak.
  3. Perpustakaan: Istana Kadariah juga memiliki perpustakaan yang berisi koleksi buku-buku bersejarah dan manuskrip kuno tentang budaya dan sejarah Kesultanan Pontianak.
  4. Taman dan Kebun: Selain bangunan utamanya, Istana Kadariah juga dikelilingi oleh taman yang indah dan kebun yang hijau, menciptakan lingkungan yang nyaman dan menenangkan.
Hingga saat ini, Istana Kadariah telah menjadi salah satu objek wisata sejarah dan budaya yang penting di Pontianak. Wisatawan dapat mengunjungi istana ini untuk mengenal lebih dekat sejarah Kesultanan Pontianak serta mengagumi keindahan arsitektur dan seni tradisional yang terkandung dalam bangunannya.

Interior Istana Kadariah yang dihiasai dengan ornamen dan pajangan di dinding

Arsitektur Istana Kadariah di Pontianak mencerminkan pengaruh gaya Melayu dan Islam yang kental. Bangunan tersebut dibangun dengan material kayu dan dihiasi dengan ukiran-ukiran artistik yang rumit. Dinding dan atap istana sering dihiasi dengan hiasan geometris dan flora, menciptakan sebuah tampilan yang megah dan khas gaya arsitektur Melayu.

Sebagai bangunan yang merupakan pusat pemerintahan dan tempat kediaman keluarga kerajaan, arsitektur Istana Kadariah juga menggambarkan kekuasaan, keagungan, dan kemakmuran Kesultanan Pontianak pada masa lalu. Nilai filosofis yang melekat dalam arsitektur Istana Kadariah antara lain:

  1. Simbol Kekuasaan: Bentuk dan desain yang megah mencerminkan otoritas dan kekuasaan sultan sebagai penguasa tertinggi Kesultanan Pontianak. Bangunan tersebut juga mengkomunikasikan keberadaan institusi pemerintahan yang kuat dan stabil.
  2. Penghormatan Terhadap Tradisi: Istana Kadariah merupakan simbol penting dari warisan budaya dan sejarah Kesultanan Pontianak. Keberadaan dan pemeliharaan arsitektur Melayu-Islam di dalamnya menunjukkan penghormatan terhadap tradisi dan nilai-nilai leluhur.
  3. Keharmonisan dengan Alam: Beberapa elemen arsitektur tradisional Melayu seperti atap yang melengkung dan penggunaan kayu menunjukkan keterkaitan bangunan dengan alam sekitar. Filosofi ini mencerminkan pentingnya keberadaan manusia dalam keseimbangan dengan lingkungan alaminya.
  4. Simbol Identitas Budaya: Arsitektur Istana Kadariah mencerminkan identitas budaya Melayu dan Islam yang khas dari wilayah Kalimantan Barat. Bangunan tersebut menjadi simbol kebanggaan dan jati diri bagi masyarakat setempat.
Nilai-nilai filosofis ini memiliki arti penting dalam memahami makna dan peran arsitektur Istana Kadariah di dalam konteks sejarah dan budaya Kesultanan Pontianak. Pengenalan nilai-nilai ini juga dapat memberikan wawasan lebih dalam tentang bagaimana arsitektur dapat menjadi cermin dari budaya dan peradaban suatu masyarakat.

Masjid Jami' Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak

Setelah puas berkeliling Istana, berikutnya saya mulai menuju Masjid Jami' Kesultanan Pontianak yang letaknya tidak jauh dari Istana. Masjid Jami Istana Kadariah, juga dikenal sebagai Masjid Raya Mujahidin, adalah salah satu masjid yang bersejarah di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini terletak di kompleks Istana Kadariah dan merupakan salah satu bangunan bersejarah yang mencerminkan nilai budaya, agama, dan sejarah Kesultanan Pontianak.

Sejarah Masjid Jami Istana Kadariah Pontianak dimulai pada masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie I. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-19 sebagai pusat ibadah utama bagi keluarga kerajaan dan masyarakat sekitar. Arsitektur masjid mencerminkan gaya arsitektur Melayu-Islam yang kental pada waktu itu.

Perkembangan selanjutnya pada masjid ini terjadi di masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad Alkadrie pada pertengahan abad ke-19. Pada masa ini, Masjid Jami Istana Kadariah mengalami renovasi besar-besaran yang memperluas bangunannya dan menambahkan beberapa sentuhan arsitektur baru.

Masjid ini menjadi pusat aktivitas keagamaan dan kebudayaan di wilayah Pontianak. Selain digunakan untuk salat lima waktu dan ibadah Jumat, masjid juga digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara keagamaan dan perayaan Hari Raya Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

Selama masa kolonial Belanda, Kesultanan Pontianak mengalami penurunan kekuasaan dan wilayahnya sempit. Meskipun demikian, Masjid Jami Istana Kadariah tetap berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan menjadi lambang keteguhan dan keberlanjutan agama Islam di wilayah tersebut.Seiring berjalannya waktu dan pergantian penguasa, Masjid Jami Istana Kadariah terus mengalami perawatan dan renovasi untuk menjaga keaslian dan integritas arsitektur aslinya. Masjid ini juga menjadi tujuan wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional yang tertarik untuk memahami sejarah dan budaya Kesultanan Pontianak.

Sebagai sebuah landmark penting, Masjid Jami Istana Kadariah Pontianak menjadi simbol bersejarah yang menggambarkan peran penting Islam dalam pembentukan sejarah dan budaya di wilayah Kalimantan Barat. Arsitektur Masjid Sultan Syarif Abdurrahman di Pontianak memiliki banyak makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai agama, budaya, dan sejarah. Berikut adalah beberapa makna filosofis dari arsitektur masjid ini:

  1. Simbol Kebesaran Allah: Arsitektur masjid ini mencerminkan simbol kebesaran Allah SWT. Kubah besar, menara, dan bentuk bangunan yang megah menggambarkan keagungan dan kebesaran Tuhan. Kubah pada masjid ini biasanya dibuat melengkung ke atas, mencerminkan sifat-Nya yang tinggi dan mulia.
  2. Harmoni dan Keseimbangan: Masjid Sultan Syarif Abdurrahman didesain dengan memperhatikan prinsip harmoni dan keseimbangan. Proporsi dan simetri yang tepat dalam desain bangunan menciptakan suasana yang tenang dan damai. Filosofi ini mencerminkan pentingnya mencari keseimbangan dalam hidup dan hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta.
  3. Penghormatan terhadap Budaya Melayu: Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Melayu dan Islam. Kedua gaya ini dipadukan dengan harmonis, menggambarkan keselarasan dan kesatuan antara budaya lokal dengan nilai-nilai agama Islam.
  4. Tempat Persatuan dan Kebhinekaan: Sebagai masjid besar di Pontianak, masjid ini menjadi tempat persatuan dan kebhinekaan. Umat Muslim dari berbagai latar belakang etnis dan budaya berkumpul di sini untuk beribadah dan merayakan peristiwa keagamaan bersama. Hal ini mencerminkan nilai pentingnya persatuan dan toleransi dalam masyarakat yang beragam.
  5. Warisan Sejarah dan Identitas Budaya: Masjid Sultan Syarif Abdurrahman merupakan bagian dari warisan sejarah dan identitas budaya Kesultanan Pontianak. Masjid ini menjadi simbol penting dari peradaban dan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
  6. Tempat Pembelajaran dan Pendidikan: Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga digunakan sebagai tempat pembelajaran agama dan pusat pendidikan. Masjid sering menjadi tempat pengajaran Al-Quran, tafsir, dan ilmu agama lainnya, mencerminkan makna filosofis sebagai pusat pengetahuan dan spiritualitas.
  7. Simbol Kedermawanan: Masjid Sultan Syarif Abdurrahman juga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti pemberian makanan kepada fakir miskin dan kegiatan amal lainnya. Ini mencerminkan nilai-nilai kedermawanan dan kepedulian sosial dalam agama Islam.
Dengan begitu banyak makna filosofis yang tertanam dalam arsitektur Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, bangunan ini menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol keagungan, kebersamaan, dan warisan budaya dan sejarah yang bernilai tinggi bagi masyarakat Pontianak dan seluruh Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AWAL PERTAMA TINGGAL DI TULUNGAGUNG DAN SERUNYA BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL TAMANAN TULUNGAGUNG

Saya dan Zidan (anak saya) di Alun-Alun Tulungagung saat masih seminggu tinggal di Tulungagung,   dan Zidan masih berumur 1 tahun Sudah menj...